ZOEGENK0505 BLOG: Bagaimana Membangun Pipa Kekayaan Untuk Meraih Kebebasan Finansial

ZOEGENK0505 BLOG: Bagaimana Membangun Pipa Kekayaan Untuk Meraih Kebebasan Finansial

Pada zaman dahulu kala, begitu kisah ini dimulai, ada dua orang saudara sepupu yg tinggal di tempat itu. Keduanya dikenal punya semangat dan ambisi yg kuat untuk menggapai kemajuan. Yang pertama bernama Pablo, yang kedua bernama Bruno. Keduanya tinggal dalam rumah yg berdampingan di desa kecil dalam lembah itu.
Keduanya adalah pemuda yg penuh semangat dan berkemampuan tinggi. Keduanya juga memendam cita-cita yg sama tingginya. Keduanya sama-sama ingin menggapai bintang dilangit utk mewujudkan impian-impiannya.
Keduanya sering berkhayal, suatu saat nanti mereka akan menjadi orang yang paling kaya di desa itu. Mereka berdua sama-sama cemerlang dan sangat tekun dalam bekerja. Yang mereka perlukan hanyalah kesempatan utk mewujudkan impian itu. Kata pepatah, utk menjadi sukses kesiapan haruslah bertemu dengan kesempatan. Dan, keduanya sama-sama siap.
Pada suatu hari, apa yang mereka tunggu selama ini datanglah. Kesempatan itu muncul secara tiba-tiba. Kepala desa itu memutuskan mempekerjakan mereka utk membawa air dari sungai yg terletak di pinggir desa, ke tempat penampungan air yg terletak di tengah desa tsb. Pekerjaan itu dipercayakan kepada Pablo dan Bruno.
Tidak menunggu perintah selanjutnya, keduanya langsung membawa dua buah ember dan segera menuju ke sungai. Sepanjang siang keduanya mengangkut air dengan ember. Menjelang sore, tempat penampungan air sudah penuh sampai ke permukaan. Kepala desa menggaji keduanya berdasar jumlah ember air yg masing-masing mereka bawa.
“Wow, apa yg kita cita-citakan selama ini akan terkabul!” teriak Bruno gembira.
“Rasanya sulit dipercaya, kita mendapatkan penghasilan sebanyak ini”.
Namun, Pablo tidak berhenti sampai disitu. Dia tidak yakin begitu saja. Pulang ke rumah, Pablo merasakan punggungnya nyeri semua. Kedua telapak tangannya juga lecet-lecet.? Semua itu disebabkan dua ember berat berisi air yg dibawanya bolak-balik dari sungai ke penampungan air sepanjang hari tadi. Begitu pagi tiba, perasaannya jadi kecut karena harus pergi bekerja. Tidak ingin punggung dan tangannya bermasalah lagi, Pablo justru berpikir keras mencari akal bagaimana caranya mengangkut air dari sungai ke desa tanpa harus terluka. Tanpa harus menanggung rasa nyeri di punggung. Tanpa melakukan hal itu semur hidupnya.

Pablo, Si Manusia Saluran Pipa
“Bruno, aku punya rencana,” kata Pablo keesokan harinya, setelah semalam tak bisa tidur memikirkan jalan keluar pekerjaan mereka. Sambil membawa ember-ember mereka masing-masing dan mereka pun menuju ke sungai, Pablo melanjutkan, “Daripada kita mondar-mandir setiap hari membawa ember ke sungai dan hanya mendapatkan beberapa sen per hari, mengapa tidak sekalian saja kita membangun pipa saluran air dari sungai ke desa kita.”
Bruno langsung menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba.
“Saluran pipa air! Ide dari mana itu!” kata Bruno tegas.
“Kita kan sudah mempunyai pekerjaan yg sangat bagus dan menghasilkan uang dengan mudah, Pablo. Aku bisa membawa seratus ember sehari. Dengan upah satu sen per ember, berarti penghasilan kita bisa satu dolar per hari! Aku akan menjadi orang kaya. Dan ini berarti pada setiap akhir minggu aku bisa membeli sepasang sepatu baru. Pada setiap akhir bulan, aku bisa membeli seekor sapi. Setelah enam bulan kemudian, aku bisa membangun sebuah rumah kecil. Kau melihat, tidak ada pekerjaan semenguntungkan mengangkut air di desa ini. Lagipula, pada setiap akhir minggu kita mendapat libur. Setiap akhir tahun kita juga mendapat cuti dua minggu dengan gaji penuh. Kita akan hidup dengan sangat layak, dilihat dari sudut manapun. Jadi, buang jauh-jauh idemu utk membangun saluran pipa airmu itu.”
Tapi Pablo tidak putus asa. Dia tetap bersikukuh pada idenya itu. Dengan sabar dia menerangkan bagaimana proses membangun pipa salurannya itu kepada sahabatnya. Bruno tak beranjak sedikitpun dengan tawaran Pablo.
Akhirnya, Pablo memutuskan utk bekerja paruh waktu saja. Dia tetap bekerja mengangkuti ember-ember itu. Sementara sisa waktunya, ditambah libur akhir minggunya, dia pakai utk membangun saluran pipanya itu.
Sejak awal melakukan pekerjaannya ini, dia telah menyadari akan sangat sulit membangun saluran pipa itu dari sungai ke desanya. Menggali di tanah keras yg mengandung banyak batu jelas tak kalah menyakitkannya dengan luka lecet dan punggung nyeri karena mengangkut air.
Pablo juga menyadari, karena upah yang dia terima sekarang berdasarkan jumlah ember yang diangkutnya, maka penghasilannyapun secara otomatis menurun. Dia juga sudah sangat paham bahwa dibutuhkan waktu satu atau dua tahun sebelum saluran pipanya itu bisa berfungsi seperti yg dia harapkan.
Namun, Pablo tak pernah kendur dengan keyakinannya. Dia tahu persis akan impian dan cita-citanya. Sebab itu dia terus bekerja tanpa kenal lelah.
Melihat apa yg dilakukan Pablo, orang-orang desa dan Bruno mulai mengejek Pablo. Mereka menyebutnya “Pablo si manusia saluran pipa”. Bruno, yg punya penghasilan dua kali lipat dibandingkan Pablo, hampir setiap saat membangga-banggakan barang baru yg berhasil dibelinya. Dia juga selalu mengatakan Pablo bodoh karena telah meninggalkan pekerjaan yg jelas-jelas menghasilkan banyak uang itu.
Bruno juga telah berhasil membeli seekor keledai yg dilengkapi pelana yg terbuat dari kulit baru. Dia menambatkan keledainya itu dirumah barunya yg kini terdiri dari dua lantai. Dia juga membeli baju-baju yg indah dan hampir selalu terlihat makan di warung-warung. Panggilannya sehari-hari juga sudah berubah. Kini orang-orang di desa memanggilnya Mr. Bruno! Mereka selalu menyambutnya kemanapun ia pergi. Bruno juga tak segan-segan mentraktir para penyambutnya ini dengan minum-minum di Bar, karena mereka selalu ikut tertawa ketika ia menceritakan lelucon-leluconnya.

Tindakan-Tindakan Kecil dengan Hasil Besar
Kini, pemandangan kontras mulai tampak diantara kedua sahabat itu. Sementara Bruno asyik berbaring santai di hammock (tempat tidur gantung berupa jaring) pada sore hari, pada akhir minggu, Pablo tampak terus berlelehan keringat menggali saluran pipanya. Pada bulan-bulan awal, Pablo memang tak menunjukkan hasil apapun dari usahanya. Tampak betul bahwa pekerjaannya sangat berat. Bahkan jauh lebih berat dari pekerjaan yg dilakukan Bruno. Selain harus tetap bekerja pada akhir minggu, Pablo juga bekerja di malam hari.
Tapi Pablo selalu mengingatkan pada diri sendiri bahwa cita-cita masa depan itu sesungguhnya dibangun berdasarkan pada perjuangan yg dilakukan hari ini. Dari hari ke hari dia terus menggali. Centi demi centi!
Pepatah yg selalu diingat Pablo adalah, sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Dia selalu bersenandung setiap mengayunkan cangkulnya ke tanah yg mengandung batu karang. Dari satu centimeter, menjadi dua centi meter, sepuluh centi meter, satu meter, duapuluh meter, seratus meter, dan seterusnya….
Pablo mulai melihat hasil kerja kerasnya….
Ibarat pepatah yang lainnya lagi, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Kata-kata itu selalu dia tanamkan pada dirinya setelah dia kembali ke gubuknya yg sederhana, sepulang dari bekerja. Tubuhnya amat lelah setelah seharian menggali saluran pipa. Dia sudah bisa memperkirakan keberhasilan yg bakal dicapainya. Lalu dia akan berusaha keras utk mencapainya, hari itu juga. Pablo sangat yakin, kerja kerasnya ini akan menghasilkan kekayaan yg jauh lebih besar daripada tenaga dan waktu yg sudah dia keluarkan saat ini.
“Fokuslah pada imbalan yg akan kau peroleh dari pekerjaanmu”. Kata-kata itu terus diingat Pablo, dan dia ulang-ulang setiap akan pergi tidur. Sementara hampir setiap saat, dari bar desa itu dia selalu mendengar gelak tawa yg kerap mengiringinya ke alam mimpi.
Fokus, fokus,fokus…. Imbalannya pasti jauh lebih besar….

Keadaan Menjadi Terbalik
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Dan pada suatu hari, Pablo menyadari saluran pipanya sudah tampak setengah jadi. Ini berarti dia hanya perlu berjalan separuh dari jarak yg biasa ia tempuh untuk mengambil air danau itu. Waktu yg tersisa, kini, dia gunakan utk menyelesaikan saluran pipanya. Saat-saat penyelesaian saluran pipanya pun semakin dekat dan nyata….
Setiap saat beristirahat, Pablo menyaksikan sahabatnya Bruno yg terus saja mengangkat eber-ember. Bahu Bruno juga tampak semakin lama semakin membungkuk. Dia tampak menyeringai kesakitan, meski sering berusaha dia sembunyikan. Langkahnya juga semakin lamban, akibat kerja keras setiap hari. Bruno merasa sedih dan kecewa karena merasa “ditakdirkan” untuk terus menerus mengangkut ember-ember setiap hari sepanjang hidupnya.
Bruno semakin jarang tampak bersantai-santai di tempat tidur gantungnya. Dia lebih sering terlihat di Bar. Begitu melihat kedatangan Bruno, orang-orang di Bar itu biasanya akan saling berbisik, “Eh lihat, Bruno si manusia ember”. Mereka juga saling tertawa geli saat beberapa orang mabuk meniru postur tubuh Bruno yg sudah membungkuk dan caranya berjalan semakin tampak terseok-seok. Bruno tidak lagi pernah mentraktir teman-temannya di Bar, atau menceritakan lelucon-lelucon tanda kegembiraan. Dia lebih suka duduk sendiri di sudut gelap yg ditemani botol-botol minuman keras di sekelilingnya.
Akhirnya, terjadi juga kegemparan di desa itu. Saat bahagia Pablo pun tiba. Saluran yg dia bangun sudah selesai. Hampir semua orang desa berkumpul saat air mulai mengalir dari saluran pipanya menuju ke penampungan air? di desa. Sekarang, desa itu sudah bisa mendapat pasokan air bersih secara tetap. Bahkan penduduk desa yg sebelumnya tinggal agak jauh dari tempat itu kemudian pindah mencari tempat yg lebih dekat dengan sumber air itu.
Setelah saluran pipa itu selesai, Pablo tidak perlu lagi membawa-bawa ember. Airnya akan terus mengalir, baik dia sedang bekerja maupun tidak. Air itu terus mengalir, baik dia sedang bekerja maupun tidak. Air itu terus mengalir, baik saat dia makan, tidur ataupun bermain-main. Air itu tetap mengalir di akhir minggu ketika dia menikmati banyak permainan. Semakin banyak air yg mengalir ke desa, semakin banyak pula uang yg mengalir ke kantung Pablo.
Pablo yg tadinya terkenal dengan julukan Pablo si Manusia Saluran Pipa, kini menjadi lebih terkenal dengan sebutan Pablo si Manusia Ajaib. Para politisi memuji-muji dia karena visinya yg jauh kedepan. Mereka meminta ?Pablo mau mencalonkan diri sebagai walikota. Tetapi, Pablo paham sekali apa yg sesungguhnya dia capai bukanlah sebuah keajaiban. Ini semua sebenarnya barulah langkah awal dari suatu pencapaian cita-cita yg besar. Memang benar, nyatanya Pablo mempunyai rencana yg jauh lebih besar daripada apa yg sudah dihasilkan di desanya.
Pablo sesungguhnya berencana membangun saluran pipa kekayaannya di seluruh dunia!

Mengajak Teman-Temannya untuk Membantu
Saluran pipa membuat Bruno si Manusia Ember kehilangan pekerjaan. Pablo sangat prihatin melihat sahabatnya itu sampai merasa perlu mengemis-ngemis minuman di bar. Karena iba, Pablo berniat menemui Bruno.
“Bruno, saya datang kesini untuk meminta bantuanmu,” kata Pablo.
Bruno meluruskan dulu bahunya yg bongkok baru kemudian menjawab, “Kau jangan menghina saya.”
“Tidak. Saya datang kesini bukan untuk menghina. Saya justru ingin menawarkan peluang bisnis yg amat bagus. Dua tahun lamanya saya bekerja utk bisa menyelesaikan pembangunan saluran pipa saya yg pertama. Tetapi, selama dua tahun tsb saya belajar banyak hal. Saya jadi tahu alat-alat apa saja yg harus digunakan. Saya juga lebih paham tempat mana yang harus saya cangkul duluan, dan tempat mana yg keras dan sulit dicangkul. Saya juga semakin mengerti dimana seharusnya menanam pipa-pipa itu. Dan selama saya bekerja, saya juga rajin mencatat apa yg telah saya lakukan. Oleh sebab itu, sekarang ini saya sudah mampu mengembangkan sebuah cara yg lebih baik utk membangun saluran-saluran pipa lainnya.”
Setelah diam sejenak, Pablo melanjutkan. “Sebetulnya saya bisa saja membangun saluran pipa itu sendirian dalam waktu setahun. Tetapi, rasanya saya harus berpikir, untuk apa saya harus menghabiskan waktu satu tahun hanya untuk membangun satu saluran pipa itu. Rencana saya adalah mengajari kamu dan orang-orang lain yg tertarik, cara membangun saluran pipa. Nantinya, kamu dan orang-orang yang sudah saya ajari itu mengajarkan lagi kepada orang-orang baru lainnya lagi. Begitulah seterusnya… Sampai suatu saat nanti, setiap desa di wilayah ini sudah memiliki saluran pipa. Lalu, saluran pipa ini menyebar ke setiap desa di negara kita. Bahkan akhirnya, pipa-pipa seperti ini akan ada di semua desa seluruh dunia.”
“Coba kamu renungkan baik-baik,” lanjut Pablo, “Nantinya kita bisa mengutip sejumlah uang utk setiap galon air yg dialirkan melalui saluran-saluran pipa tsb. Semakin banyak air yg mengalir melalui saluran-saluran pipa tsb, semakin banyak pula uang yg akan masuk ke kantung kita. Pipa yg baru selesai saya buat ini, sebenarnya bukanlah akhir dari cita-cita saya. Justru pipa saya itu merupakan awal dari cita-cita.”
Akhirnya, Bruno menyadari betapa besar potensi bisnis yg ditawarkan sahabatnya itu. Dia tersenyum, kemudian mengacungkan tangannya yg lecet-lecet kepada sahabatnya. Mereka berjabat tangan, kemudian berpelukan. Bagaikan dua orang sahabat lama yang sudah tidak berjumpa.

Peluang Usaha Saluran Pipa di Dunia Pembawa Ember
Tahun demi tahun pun berlalu. Pablo dan Bruno sudah lama pensiun. Usaha saluran pipa mereka yg mendunia terus-menerus mengalirkan ratusan juta dollar per tahun ke rekening-rekening bank mereka. Ketika mereka jalan-jalan di desa, kadang-kadang mereka melihat beberapa orang pemuda. Mereka tampak sibuk mengangkuti air dengan ember.
Kedua sahabat masa kecil ini selalu berusaha mengajak pemuda-pemuda seperti itu untuk berbincang-bincang. Mereka selalu mengisahkan kisah hidup mereka sebagai pembawa ember sampai kemudian menjadi pembangun saluran pipa. Lalu mereka menawarkan bantuan, untuk membangun saluran pipa. Tetapi, hanya sedikit diantara mereka yg mau mendengarkan nasihat mereka dan bersedia meraih peluang untuk melakukan usaha membangun saluran pipa mereka sendiri. Memang menyedihkan, melihat banyak diantara pembawa ember itu menolak tawaran tersebut. Bruno sering merasa heran dengan alasan-alasan yg selalu mereka kemukakan.
“Saya tidak ada waktu.”
“Teman saya bilang bahwa dia kenal orang yg berusaha membangun saluran pipa tetapi ternyata gagal.”
“Hanya mereka yg lebih dulu terjun dalam usaha saluran pipa ini yg akhirnya bisa sukses.”
“Seumur hidup, dari nenek moyang hingga orangtua saya, hanya mengenal pekerjaan saya sebagai pengangkut ember. Saya akan tetap mempertahankan profesi saya itu.”
“Saya tahu, ada orang-orang yg akhirnya merugi karena membangun saluran pipa seperti itu. Jadi saya tidak mau mengikuti jejak mereka. Saya tak mau merugi.”

Pablo dan Bruno benar-benar prihatin melihat mental para pembawa ember ini. Ternyata ada banyak sekali orang yg tidak punya VISI tentang masa depan mereka. VISI tentang bagaimana hidup mereka beberapa tahun mendatang. Tetapi akhirnya mereka pasrah saja.
Mereka sadar bahwa hidup di dunia yg masih didominasi oleh mental pembawa ember ini, semuanya bisa terlihat statis. Hanya sedikit saja mereka yg berani dan punya ambisi untuk mencapai kesuksesan melalui saluran pipa.
(Diterjemahkan dari buku The Parable Of The Pipeline Karya Burke Hedges dan Steve Price)