Cavistons

Cavistons

We are Ireland's premier 6 day a week source of the widest, most complete selection of fresh Organic fruit & vegetables, the freshest fish & finest delicatessen products.. Then there's our restaurant!

Visit us in Glasthule between Dun Laoghaire & Dalkey today

Shop Opening Hours
8:30AM - 6PM Thursday 30th
8:30AM - 4.30PM Friday 31st
Closed New Years Day 1st & Sunday 2nd January
Reopening Monday 3rd January 2011 8:30AM-5PM
Then normal hours..

Restaurant will reopen Thursday 29th & Friday 30th for lunch only. Evening sittings resume next weekend (8th & 9th).

Restaurant extended opening hours
Cavistons Restaurant is now open to cater for evening dining every Friday and Saturday night!
Click here for more information and booking

Suyanto

Caviston, Toko Kecil dengan Perhatian Besar

BELANJA TERASA MENYENANGKAN

Mohammad Suyanto

Abstract


Kadangkala kita menyerah sebelum bersaing. Banyak perusahaan kecil dapat memenangkan persaingan dengan perusahaan besar. Bahkan mereka dapat memenangkan persaingan tersebut lebih dari 50 tahun, sehingga pelanggannya sampai anak cucu mereka. Sesungguhnya mereka tidak melakukan sesuatu yang spesial, tetapi hanya melakukan bisnis seperti yang biasa mereka lakukan. Salah satu perusahaan kecil tersebut ada di pinggiran kota Dublin, Irlandia, tepatnya dikota kecil Glasthule. Perusahaan kecil tersebut bernama Caviston, yaitu toko makan serba ada milik keluarga Caviston. Perusahaan keluarga kecil yang menjual bahan pangan, ikan, daging unggas dan makanan lainnya. Perusahaan milik keluarga Caviston ini merupakan contoh bagaimana perusahaan kecil dapat bersaing dengan perusahaan besar. Toko kecil ini mengingatkan saya pada toko besi dari keluarga Tionghoa yang terletak di Jalan Tentara Pelajar Yogyakarta. Berawal dari hanya bertanya pada obat yang dapat memperlancar saluran yang macet sampai akhirnya membeli sesuatu yang pada awalnya tidak saya pertimbangkan untuk membeli. Saya dilayani dengan memberikan informasi yang sangat lengkap tentang obat yang dapat mencegah saluran tersumbat. Pada hal toko tersebut tidak menjual apa yang dikatakan. Dia menunjukkan kepada saya toko yang menjual obat tersebut. Inilah pelayan prima yang tidak pernah saya lupakan.

Toko Caviston

Demikian pula toko Caviston, perusahaan yang bermula dari bisnis kecil dapat tumbuh dan berkembang dan bahkan pada saat ekonomi berubah cepat dan terjadi bencana. Caviston bermula dari penjual ikan dan sekarang menjadi toko serba ada yang menjual keju, ikan, daging unggas, bahan-bahan makanan, makanan siap saji, makanan panggang. Apakah rahasia sukses toko tersebut ? Rahasianya adalah bahwa para staf di toko Caviston terkenal karena keramahan, sifat responsif dan pendekatan yang bersifat pribadi dalam melayani pelanggan.

Penjualan ikan dan produk-produk lain seringkali disertai dengan obrolan dan saran tentang bagaimana menyajikan produk tersebut. Kecakapan para karyawan sangat penting dalam menarik dan mempertahankan pelanggan. Mereka mengandalkan Caviston untuk mendapatkan produk segar, berkualitas dan berbagai pilihan produk. Perusahaan kecil ini tetap mempertahankan kualitas berbelanja yang sering dihubungkan dengan masa lalu, di mana para staf dan pemiliknya ramah dan mengenal pelanggan secara pribadi. Caviston dapat beradaptasi dengan baik dengan lingkungan tempat beroperasi.

Pemilik dan staf mengetahui apa yang diinginkan pelanggan dan pelanggan mengetahui apa yang dapat mereka harapkan dari toko tersebut. Caviston melakukannya tanpa beriklan sama sekali, walaupun Caviston terkenal di lingkungan tersebut karena mereka mensponsori tim rugby dan festival tahunan James Joice dan mereka terkenal karena demo masak yang dilakukan di dalam toko. Caviston mengandalkan reputasi mereka sebagai nilai jual dan pelanggan mereka untuk menyebarkan berita positif dari mulut ke mulut sebagai pengakuan atas kualitas layanan mereka. Pada 1994, Caviston dinobatkan sebagai toko makanan Irlandia tahun tersebut.

University College Dublin mengadakan wawancara dengan pelanggan Caviston. Pelanggan memberikan jawaban yang hampir sama. Pertama, mereka mengatakan bahwa karyawan Caviston suka menolong dan mudah didekati. Kedua, para karyawan mendengarkan pelanggan dan membuat mereka senang. Ketiga, para karyawan Caviston memiliki reputasi yang sangat baik dan dapat dipercaya. Keempat, belanja di Caviston terasa menyenangkan dan tanpa masalah.

”Allah mengasihi orang yang mudah dalam penjualan, pembelian, pelunasan dan penagihan. Barang siapa memberi penangguhan kepada orang yang dalam kesusahan (untuk membayar hutang) atau membebaskannya, maka Allah akan menghisabnya dengan penghisaban yang ringan. Barang siapa menerima kembali pembelian dari orang-orang yang menyesali pembeliannya, niscaya Allah membatalkan (menghapus) kesalahannya pada hari kiamat.” sabda Rasulullah SAW.

Kekuatan Penetapan Sasaran | Suyanto | ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Kekuatan Penetapan Sasaran

Kekuatan Penetapan Sasaran

Mohammad Suyanto

Abstract


STUDI terhadap para lulusan Yale University pada 1953 dengan menggunakan wawancara ditanyakan apakah mereka mempunyai sasaran-sasaran yang jelas, yang spesifik, yang dituliskan dengan sebuah rencana untuk mencapainya.

Hanya 3% yang mempunyai sasaran tertulis. Dua puluh tahun kemudian pada 1973, para periset kembali mewawancarai yang masih hidup dari lulusan 1953 tersebut. Mereka menemukan bahwa 3% yang mempunyai sasaran tertulis itu jauh lebih kaya daripada gabungan 97% sisanya.

Para periset juga mengukur secara subjektif kebahagiaan dan suka cita mereka, ternyata yang 3% dengan sasaran tertulis tersebut lebih unggul dibandingkan yang 97% yang tidak menulis sasaran-sasarannya. Steven Spielberg juga pernah menulis “Steven Spielberg. Director (Sutradara)” di sebuah trailer yang tidak dipakai di Universal Studio. Saat ini Steven Spielberg, sebagai sutradara ternama di dunia.

Pengalaman pribadi saya mengajarkan bahwa menulis cita-cita dapat memotivasi diri untuk meraih cita-cita tersebut. Saya pernah menulis nama saya dengan “Prof Dr M Suyanto MA.” Tulisan tersebut saya pandangi yang membuat saya tersenyum malu. Saat itu seperti tidak mungkin saya dapat meraih gelar sepanjang itu.

Langkah yang harus saya tempuh hanya ingin seperti paman saya Drs Mohammad Kamal MSc, yang menjadi dosen dan mempunyai gelar Drs, MSc. Tetapi saya yang hidup di desa Banjarsari yang terletak di lembah Gunung Wilis tersebut seperti tidak akan mungkin. Tetapi peluang mulai muncul dengan Paman saya Sutarjo membawa saya ke Yogyakarta untuk pindah sekolah dari SMA 1 Madiun ke SMA 2 Yogyakarta, ketika naik kelas 2. Kata Paman saya agar saya dapat kuliah di UGM. Saya harus meninggalkan nenek saya yang telah membesarkan saya sejak dari usia 3 tahun. Saya hanya bisa menciumi nenek dan menangis, demikian juga nenek saya juga sebenarnya tidak tega melihat saya.

Sebenarnya nenek saya ingin mengasuh saya sampai ia dipanggil menghadap Allah. Saya meniti karir di Yogya sebagai salesman buku, salesman bahan pengkilap mobil, salesman telex lewat telepon dan salesman komputer, sehingga seakan-akan cita-cita yang saya tulis tersebut sangat jauh menyimpang. Apalagi saya kemudian sebagai pengusaha, bukan sebagai dosen ataupun ilmuwan.

Meskipun saya sebagai pengusaha, kata yang pernah saya tulis tersebut selalu muncul di benak saya tanpa sadar. Saya masih mempunyai cita-cita suatu saat menjadi dosen atau ilmuwan. Cita-cita itu menguat saat saya menjadi Guru di SMP dan SMA Muhammadiyah Kasihan Bantul. Saat ini tidak terasa, kata yang pernah saya tulis itu sudah cukup dekat untuk saya raih.

Saya berdoa mudah-mudahan Allah mengizinkan untuk meraih gelar itu dua tahun lagi, jika itu baik bagi saya. Tetapi kalau Allah menghendaki lain, barangkali itu yang terbaik bagi saya. Saya hanya akan mengatakan bahwa dengan menulis apa yang kita inginkan dapat menimbulkan kekuatan yang luar biasa. Jika yang kita tulis itu kita iringi dengan doa dan kerja keras, Insya Allah apa yang kita inginkan itu dapat kita capai

Mandiri - Terdepan, Terpercaya, Tumbuh bersama Anda.

Kisah sukses : Denny Delyandri Kek Pisang Villa

Dengan menyandang gelar Sarjana Teknik di pertengahan tahun 2003 dari sebuah Universitas Negeri di Sumatra ternyata tidak membuat segalanya menjadi mudah. Saya bukanlah dari keluarga yang berada, sehingga untuk memperoleh impian saya harus benar-benar bangun dengan jerih payah sendiri. Berbekal ijazah, saya yakin bisa menjadi harapan untuk orang tua dan keluarga. Akan tetapi nyatanya tidak. Gaji pertama yang saya peroleh hanya Rp.1.200.000,-. Setelah ditambah ini itu selama 3 tahun hanya tertambah dua kalinya, tapi harus mengorbankan seluruh waktu. Dalam benak, khayalan menjadi tumpuan keluarga tak mungkin terpenuhi kalau hanya menjalankan kehidupan seperti ini.

Dalam proses pembelajaran muncul ide-ide bisnis. Ketika bulan-bulan pertama menikah di tahun 2004 saya mencoba membuat usaha rumahan dengan modal kado hadiah kawinan yaitu kompor minyak tanah. Istri saya menggoreng kerupuk yang dibeli di pasar, dan dikemas sederhana kemudian saya distribusikan ke warung-warung sekitar juga rumah makan. Lumayan, tapi capek. Karena dikerjakan sendiri. Ketika timbul ide untuk memperkerjakan saudara untuk membantu usaha, ternyata tidak ada yang bersedia. Akhirnya usaha pertama yang saya bangun tutup dengan sempurna. Tapi herannya tak ada kata gagal bagi saya..Muncul ide baru.
Karena lumayan suka mencoba resep kue, akhirnya muncul ide untuk memasarkan produk sederhana jajanan pasar ke kantin-kantin PT di Mukakuning. Diawali dari tempat kerja saya bekerja. Berjalan sempurna, tapi tetap saja capek karena hanya dikerjakan sendiri. Dalam masa pencarian saya menemukan sebuah buku yang cukup memukau. Rich Dad Poor Dad, benar-benar membuat saya lebih berani mengambil resiko. Sedikit pinjaman dari koperasi membuat saya mempunyai rumah makan kecil-kecilan di komplek perumahan tempat saya tinggal. Tapi hanya berusia dua bulan saja, karena saya memang tidak punya pengalaman di bidang itu, ditambah sudah ada saingan sehingga sulit untuk bersaing. Ketika itu saya mempunyai tiga karyawan dan satu koki. Untuk mengurangi kerugian, saya menjual sebagian harta peninggalan rumah makan. Cukup menyakitkan. Inilah kali pertama saya mengalami kerugian yang cukup besar untuk ukuran saya, 8 juta rupiah. Namun tak cukup sampai disitu. Saya yakin bahwa suatu saat saya pasti bisa menjadi seperti yang saya harapkan. Yaitu punya usaha dan bisa membantu orang sekitar terutama keluarga.

Saya menemukan ide baru lagi yang lebih fresh dan gila. Ini diilhami ketika saya membeli CD seminar motivasi melalui internet. Event Organizer. Itu muncul begitu saja. Saya berusaha mencaritahu apa EO sebenarnya melalui buku-buku dan internet. Saya ingin mendatangkan seorang motivator yang dikemas menjadi seminar yang eksklusif dan menarik. Melalui informasi beberapa teman, mereka merekomendasikan nama Jaya Setiabudi. Dengan cepat proposal seminar bersama Pak Jaya saya selesaikan. Itulah awal saya berkenalan dengan Pak Jaya. Diluar dugaan ternyata Pak Jaya sudah begitu seringnya memberikan seminar diwilayah Mukakuning. Namun beliau menyarankan untuk memanggil Bob Sadino, pengusaha gaek yang tersohor itu. Dengan cepat no. telp Om Bob didapat. Dan saya langsung menghubungi beliau. Tapi dengan alasan kondisi yang tidak mengijinkan untuk bepergian keluar kota, maka saya mengundang Made Ngurah Bagiana pengusaha burger yang tumbuh dari bawah. Tapi tak cukup sampai disitu, saya menambah tantangan dengan mengundang Helmi Yahya sebagai pembicara utama. Tapi kenyataannya peserta tidak seperti yang saya harapkan. Saat itu saya mengalami kerugian yang sangat sangat besar untuk ukuran saya.

Lagi-lagi tak menyurutkan niat saya untuk berusaha. Malah kini saya benar-benar ingin fokus di bisnis, karena pada akhirnya saya berenti bekerja. Saya memang harus memutar otak agar bisa melanjutkan impian dan hidup. Ditambah saya telah punya bayi kecil. Akhirnya dalam rangka memperingati hari anak Indonesia saya mengangkat acara di salah satu Mall terkemuka di Batam. Dengan tema Ceria Anak Indonesia, saya menggandeng merk susu formula ternama sebagai co.partner. Dengan dasar bahwa susu formula tersebut mempunyai layanan customer care setiap bulannya, maka saya memanfaatkan itu sebagai sarana promosi saya yang paling efektif. Tanpa saya duga antusias ibu-ibu terhadap acara saya sangat besar, akhirnya ini awal pencerahan bagi saya. Ini usaha saya yang mendatangkan cukup banyak rupiah. Tawaran mengisi acara serupa selama beberapa waktu sempat menghampiri ada yang menguntungkan dan ada juga yang sepi peserta.

Muncul lagi ide berikutnya, terlahir karena saya selalu haus untuk menimba ilmu di bidang kewirausahaan akhirnya dengan bakat saya yang suka cuap-cuap di hadapan teman-teman di PT, saya memberanikan membuka entrepreneur course. Dengan biaya seadanya dan pinjaman ruko dari teman, usaha ini berjalan 3 bulan dengan coach saya sendiri. Ketika itu ide awal bisnis Kek pisang sudah muncul. Pemasaran masih di sekitar rumah saja. Karena antusias dari tetangga lumayan OK, saya memberanikan untuk memperluas pasar ke daerah Mukakuning. Dengan konsep kemitraan, produk saya bisa dinikmati pekerja di Mukakuning. Berjalan dengan waktu saya mulai merasakan prospek bisnis saya kali ini cukup bagus. Untuk itu sampai sekarang saya tetap focus pada bisnis Kek Pisang ini .

Awalnya dengan peralatan yang sangat sederhana saya dan istri memproduksi kek pisang ini . Dengan resep original saya yakin kek pisang ini bisa menjadi makanan yang banyak diminati berbagai lapisan masyarakat dan usia.Ternyata benar awalnya saya dan istri hanya memproduksi 3 loyang sehari dengan pemasaran ke tetangga dan warung sekitar rumah. Dengan system kemitraan kek pisang saya melaju bak roket di kawasan Batamindo. Mulai dengan produksi dengan kapasitas oven yang sangat minim akhirnya saya bisa membeli oven yang bisa memuat 20 loyang ukuran 30x 10 cm setiap sekali pembakaran. Saya merekrut 1 orang karyawan untuk membantu produksi disamping saya sendiri juga turut bekerja, tapi karena permintaan cukup ramai akhirnya saya memutuskan untuk menambah 2 orang karyawan lagi dalam hitungan waktu 2 minggu. Semua dikerjakan di dalam rumah tempat tinggal saya yang bertipe 36. Enam bulan saya harus berbagi dengan tempat usaha, akhirnya dengan sedikit keuntungan dan pinjaman dari Bank, saya menyewa sebuah Ruko. Saat di ruko karyawan saya berjumlah 7 orang. Sistem kemitraan ini muncul dengan harapan pemasaran dari mulut ke mulut lebih efektif, sehingga mitra selalu berpromosi di lingkungan kerjanya dan sekitarnya. Saya memberikan fee Rp3000,- per kotaknya. Dalam waktu 6 bulan mitra saya mencapai 300 orang dengan wilayah kerja meliputi Batamindo, Tanjung Uncang, kawasan industri di Batam Centre. Selain itu saya juga menyiapkan bonus-bonus menarik apabila mitra berhasil mencapai target yaitu berupa uang tunai Rp.100rb untuk setiap penjualan 100 kotak. Hal ini dengan maksud supaya mitra terus giat mempromosikan produk saya, selain menambah pendapatan mitra tentunya.

Namun setelah berjalan setahun sistem kemitraan agak menurun ditambah bahan baku produksi meningkat tajam, akhirnya saya terpaksa melakukan revisi harga kek pisang. Dan ini tidak menguntungkan di pihak mitra, karena harga susah terjangkau dikalangan pekerja PT. Saya pun memutar otak bagaimana agar karyawan saya bisa tetap bekerja dan mendapat upah yang layak. Akhirnya terilham dari Batam yang tidak mempunyai Oleh-Oleh atau buah tangan. Saya mencoba menembus pasar dan memposisikan kek pisang saya sebagai buah tangan atau oleh-oleh yang harus dicari masyarakat yang ingin keluar kota. Bika ambon yang dari medan awalnya bukan makanan asli Medan, tapi karena dengan pembelajaran yang sempurna bika Ambon berhasil merebut hati wisatawan yang berkunjung ke Medan. Bika Ambon- nya Medan berhasil mengedukasi pasar, kenapa saya tidak..???

Saya mulai mempromosikan Kek Pisang saya sebagai sesuatu yang harus dibawa ketika meninggalkan Batam. Dengan Billboad, promosi di media, dll diharapkan produk saya bisa dikenal luas khususnya bagi masyarakat yang ingin meninggalkan kota Batam. Dengan perubahan misi ini, akhirnya produksi kek pisang saya kembali bergairah. Saya menambah 3 orang karyawan lagi untuk system delivery.

Melihat peluang yang cukup bagus, dan keunikan produk ini, saya memberanikan diri untuk membuka 3 cabang lagi di daerah Batam Centre, Nagoya, dan Penuin. Semua ini dengan bantuan dari pihak Bank yang telah mulai percaya kepada saya. Tantangan dan resiko yang saya ambil semakin besar. 3 outlet baru bisa saya buka dalam waktu 3 bulan. Belum genap sebulan sambutan pasar sangatlah bagus, untuk ukuran toko yang baru buka. Saya terus belajar melalui buku-buku dan media internet agar misi saya bisa diterima masyarakat. Hingga saat ini saya telah memiliki 6 outlet dan 85 karyawan. Saya optimis impian saya menjadi tumpuan hidup keluarga bisa terwujud. Karena sesungguhnya tidak ada yang tidak mungkin jika kita menggantungkan impian dan proses pembelajaran yang tak kenal lelah, semua yang kita impikan akan datang dihadapan kita. Di usia saya yang masih muda, 30 tahun saya yakin oleh-oleh khas Batam kek pisang Villa bisa melesat bak roket di Batam khususnya dan di Indonesia umumnya.Amiin?

Mandiri - Terdepan, Terpercaya, Tumbuh bersama Anda.

Kisah sukses : Denny Delyandri Kek Pisang Villa

Dengan menyandang gelar Sarjana Teknik di pertengahan tahun 2003 dari sebuah Universitas Negeri di Sumatra ternyata tidak membuat segalanya menjadi mudah. Saya bukanlah dari keluarga yang berada, sehingga untuk memperoleh impian saya harus benar-benar bangun dengan jerih payah sendiri. Berbekal ijazah, saya yakin bisa menjadi harapan untuk orang tua dan keluarga. Akan tetapi nyatanya tidak. Gaji pertama yang saya peroleh hanya Rp.1.200.000,-. Setelah ditambah ini itu selama 3 tahun hanya tertambah dua kalinya, tapi harus mengorbankan seluruh waktu. Dalam benak, khayalan menjadi tumpuan keluarga tak mungkin terpenuhi kalau hanya menjalankan kehidupan seperti ini.

Dalam proses pembelajaran muncul ide-ide bisnis. Ketika bulan-bulan pertama menikah di tahun 2004 saya mencoba membuat usaha rumahan dengan modal kado hadiah kawinan yaitu kompor minyak tanah. Istri saya menggoreng kerupuk yang dibeli di pasar, dan dikemas sederhana kemudian saya distribusikan ke warung-warung sekitar juga rumah makan. Lumayan, tapi capek. Karena dikerjakan sendiri. Ketika timbul ide untuk memperkerjakan saudara untuk membantu usaha, ternyata tidak ada yang bersedia. Akhirnya usaha pertama yang saya bangun tutup dengan sempurna. Tapi herannya tak ada kata gagal bagi saya..Muncul ide baru.
Karena lumayan suka mencoba resep kue, akhirnya muncul ide untuk memasarkan produk sederhana jajanan pasar ke kantin-kantin PT di Mukakuning. Diawali dari tempat kerja saya bekerja. Berjalan sempurna, tapi tetap saja capek karena hanya dikerjakan sendiri. Dalam masa pencarian saya menemukan sebuah buku yang cukup memukau. Rich Dad Poor Dad, benar-benar membuat saya lebih berani mengambil resiko. Sedikit pinjaman dari koperasi membuat saya mempunyai rumah makan kecil-kecilan di komplek perumahan tempat saya tinggal. Tapi hanya berusia dua bulan saja, karena saya memang tidak punya pengalaman di bidang itu, ditambah sudah ada saingan sehingga sulit untuk bersaing. Ketika itu saya mempunyai tiga karyawan dan satu koki. Untuk mengurangi kerugian, saya menjual sebagian harta peninggalan rumah makan. Cukup menyakitkan. Inilah kali pertama saya mengalami kerugian yang cukup besar untuk ukuran saya, 8 juta rupiah. Namun tak cukup sampai disitu. Saya yakin bahwa suatu saat saya pasti bisa menjadi seperti yang saya harapkan. Yaitu punya usaha dan bisa membantu orang sekitar terutama keluarga.

Saya menemukan ide baru lagi yang lebih fresh dan gila. Ini diilhami ketika saya membeli CD seminar motivasi melalui internet. Event Organizer. Itu muncul begitu saja. Saya berusaha mencaritahu apa EO sebenarnya melalui buku-buku dan internet. Saya ingin mendatangkan seorang motivator yang dikemas menjadi seminar yang eksklusif dan menarik. Melalui informasi beberapa teman, mereka merekomendasikan nama Jaya Setiabudi. Dengan cepat proposal seminar bersama Pak Jaya saya selesaikan. Itulah awal saya berkenalan dengan Pak Jaya. Diluar dugaan ternyata Pak Jaya sudah begitu seringnya memberikan seminar diwilayah Mukakuning. Namun beliau menyarankan untuk memanggil Bob Sadino, pengusaha gaek yang tersohor itu. Dengan cepat no. telp Om Bob didapat. Dan saya langsung menghubungi beliau. Tapi dengan alasan kondisi yang tidak mengijinkan untuk bepergian keluar kota, maka saya mengundang Made Ngurah Bagiana pengusaha burger yang tumbuh dari bawah. Tapi tak cukup sampai disitu, saya menambah tantangan dengan mengundang Helmi Yahya sebagai pembicara utama. Tapi kenyataannya peserta tidak seperti yang saya harapkan. Saat itu saya mengalami kerugian yang sangat sangat besar untuk ukuran saya.

Lagi-lagi tak menyurutkan niat saya untuk berusaha. Malah kini saya benar-benar ingin fokus di bisnis, karena pada akhirnya saya berenti bekerja. Saya memang harus memutar otak agar bisa melanjutkan impian dan hidup. Ditambah saya telah punya bayi kecil. Akhirnya dalam rangka memperingati hari anak Indonesia saya mengangkat acara di salah satu Mall terkemuka di Batam. Dengan tema Ceria Anak Indonesia, saya menggandeng merk susu formula ternama sebagai co.partner. Dengan dasar bahwa susu formula tersebut mempunyai layanan customer care setiap bulannya, maka saya memanfaatkan itu sebagai sarana promosi saya yang paling efektif. Tanpa saya duga antusias ibu-ibu terhadap acara saya sangat besar, akhirnya ini awal pencerahan bagi saya. Ini usaha saya yang mendatangkan cukup banyak rupiah. Tawaran mengisi acara serupa selama beberapa waktu sempat menghampiri ada yang menguntungkan dan ada juga yang sepi peserta.

Muncul lagi ide berikutnya, terlahir karena saya selalu haus untuk menimba ilmu di bidang kewirausahaan akhirnya dengan bakat saya yang suka cuap-cuap di hadapan teman-teman di PT, saya memberanikan membuka entrepreneur course. Dengan biaya seadanya dan pinjaman ruko dari teman, usaha ini berjalan 3 bulan dengan coach saya sendiri. Ketika itu ide awal bisnis Kek pisang sudah muncul. Pemasaran masih di sekitar rumah saja. Karena antusias dari tetangga lumayan OK, saya memberanikan untuk memperluas pasar ke daerah Mukakuning. Dengan konsep kemitraan, produk saya bisa dinikmati pekerja di Mukakuning. Berjalan dengan waktu saya mulai merasakan prospek bisnis saya kali ini cukup bagus. Untuk itu sampai sekarang saya tetap focus pada bisnis Kek Pisang ini .

Awalnya dengan peralatan yang sangat sederhana saya dan istri memproduksi kek pisang ini . Dengan resep original saya yakin kek pisang ini bisa menjadi makanan yang banyak diminati berbagai lapisan masyarakat dan usia.Ternyata benar awalnya saya dan istri hanya memproduksi 3 loyang sehari dengan pemasaran ke tetangga dan warung sekitar rumah. Dengan system kemitraan kek pisang saya melaju bak roket di kawasan Batamindo. Mulai dengan produksi dengan kapasitas oven yang sangat minim akhirnya saya bisa membeli oven yang bisa memuat 20 loyang ukuran 30x 10 cm setiap sekali pembakaran. Saya merekrut 1 orang karyawan untuk membantu produksi disamping saya sendiri juga turut bekerja, tapi karena permintaan cukup ramai akhirnya saya memutuskan untuk menambah 2 orang karyawan lagi dalam hitungan waktu 2 minggu. Semua dikerjakan di dalam rumah tempat tinggal saya yang bertipe 36. Enam bulan saya harus berbagi dengan tempat usaha, akhirnya dengan sedikit keuntungan dan pinjaman dari Bank, saya menyewa sebuah Ruko. Saat di ruko karyawan saya berjumlah 7 orang. Sistem kemitraan ini muncul dengan harapan pemasaran dari mulut ke mulut lebih efektif, sehingga mitra selalu berpromosi di lingkungan kerjanya dan sekitarnya. Saya memberikan fee Rp3000,- per kotaknya. Dalam waktu 6 bulan mitra saya mencapai 300 orang dengan wilayah kerja meliputi Batamindo, Tanjung Uncang, kawasan industri di Batam Centre. Selain itu saya juga menyiapkan bonus-bonus menarik apabila mitra berhasil mencapai target yaitu berupa uang tunai Rp.100rb untuk setiap penjualan 100 kotak. Hal ini dengan maksud supaya mitra terus giat mempromosikan produk saya, selain menambah pendapatan mitra tentunya.

Namun setelah berjalan setahun sistem kemitraan agak menurun ditambah bahan baku produksi meningkat tajam, akhirnya saya terpaksa melakukan revisi harga kek pisang. Dan ini tidak menguntungkan di pihak mitra, karena harga susah terjangkau dikalangan pekerja PT. Saya pun memutar otak bagaimana agar karyawan saya bisa tetap bekerja dan mendapat upah yang layak. Akhirnya terilham dari Batam yang tidak mempunyai Oleh-Oleh atau buah tangan. Saya mencoba menembus pasar dan memposisikan kek pisang saya sebagai buah tangan atau oleh-oleh yang harus dicari masyarakat yang ingin keluar kota. Bika ambon yang dari medan awalnya bukan makanan asli Medan, tapi karena dengan pembelajaran yang sempurna bika Ambon berhasil merebut hati wisatawan yang berkunjung ke Medan. Bika Ambon- nya Medan berhasil mengedukasi pasar, kenapa saya tidak..???

Saya mulai mempromosikan Kek Pisang saya sebagai sesuatu yang harus dibawa ketika meninggalkan Batam. Dengan Billboad, promosi di media, dll diharapkan produk saya bisa dikenal luas khususnya bagi masyarakat yang ingin meninggalkan kota Batam. Dengan perubahan misi ini, akhirnya produksi kek pisang saya kembali bergairah. Saya menambah 3 orang karyawan lagi untuk system delivery.

Melihat peluang yang cukup bagus, dan keunikan produk ini, saya memberanikan diri untuk membuka 3 cabang lagi di daerah Batam Centre, Nagoya, dan Penuin. Semua ini dengan bantuan dari pihak Bank yang telah mulai percaya kepada saya. Tantangan dan resiko yang saya ambil semakin besar. 3 outlet baru bisa saya buka dalam waktu 3 bulan. Belum genap sebulan sambutan pasar sangatlah bagus, untuk ukuran toko yang baru buka. Saya terus belajar melalui buku-buku dan media internet agar misi saya bisa diterima masyarakat. Hingga saat ini saya telah memiliki 6 outlet dan 85 karyawan. Saya optimis impian saya menjadi tumpuan hidup keluarga bisa terwujud. Karena sesungguhnya tidak ada yang tidak mungkin jika kita menggantungkan impian dan proses pembelajaran yang tak kenal lelah, semua yang kita impikan akan datang dihadapan kita. Di usia saya yang masih muda, 30 tahun saya yakin oleh-oleh khas Batam kek pisang Villa bisa melesat bak roket di Batam khususnya dan di Indonesia umumnya.Amiin?

Kelola FoodFezt, Andi Terbaik II Wirausaha Mandiri 2010 | Universitas Gadjah Mada

Kelola FoodFezt, Andi Terbaik II Wirausaha Mandiri 2010

Kelola FoodFezt, Andi Terbaik II Wirausaha Mandiri 2010

Menjadi wirausaha (entrepreneur) mungkin sudah menjadi pilihan hidup Fajar Handika. Meski sempat terpuruk beberapa kali dalam usahanya, tidak menyurutkan langkah mahasiswa Magister Manajemen UGM ini untuk terus menekuni dunia wirausaha. Tidak sia-sia, usaha terakhirnya di bidang kuliner dengan membuka FoodFezt berhasil mengantar pria ini menjadi Terbaik II dalam Kompetisi Wirausaha Mandiri 2010 kategori Boga Kelompok Pascasarjana.

Penghargaan ini membuatnya semakin mantap dalam berwirausaha, juga semakin menguatkan prinsip yang selama ini ia pegang bahwa usaha merupakan proses, bukan datang dengan sendirinya. Dalam membangun usaha, ia sempat mengalami jatuh bangun. Andi, begitu panggilan akrabnya, pernah bekerja di warung internet. Namun, karena merasa tidak betah, pekerjaan itu ditinggalkannya. Andi pun lantas mencoba membuka kafe. Karena tidak membawa banyak keuntungan, ia juga akhirnya menutup usaha ini. Sempat berhenti sejenak, Andi kemudian mencoba bisnis angkringan. Lagi-lagi usaha ini mengalami nasib yang sama.

Di tengah kegalauan, Andi mulai berpikir tentang usaha yang mungkin dapat berkembang dan memberikan hasil yang lumayan. Hingga pada suatu ketika, ia teringat hobinya makan bersama dengan teman-temannya. Situasi makan di food court pun terbayang di benaknya. "Jadi, sesungguhnya FoodFezt yang kemudian saya bangun ini hanyalah menyempurnakan apa yang ada di food court selama ini, bagaimana menyederhanakan agar costumer tidak ribet dalam memesan dan membayar makanan. Nah, di FoodFezt ini cukup simpel, customer duduk dan menunggu menu yang diorder karena telah tersedia sistem pembagian yang lebih baik," terang Andi, Jumat (28/1) di Ruang Fortakgama.

Dijelaskannya bahwa dengan FoodFezt Integrated Kitchen System (FIKS), waiter dapat terhubung ke dapur-dapur secara nirkabel dengan memanfaatkan alat PDA. Dengan sistem semacam ini, manajer dimungkinkan untuk memonitor aktivitas yang terjadi. "Dengan demikian, dari jumlah pengunjung, makanan apa yang dipesan, dan berapa lama pesanan itu sampai secara real time dari mana pun terpantau selama terkoneksi dengan internet," jelasnya.

Dengan sistem semacam ini, terpantau tak kurang sejumlah 400 hingga 500 pengunjung mendatangi resto FoodFezt tiap harinya. Mereka sebagian besar berasal dari kalangan menengah, dengan rentang usia di bawah 30 tahun. "Namun, berkat pengembangan menu, para pengunjung pun kini bervariasi dari mahasiswa, karyawan, hingga segmen keluarga," lanjut Andi.

Ada bermacam menu yang ditawarkan. Tercatat lebih dari 100 macam menu tersaji di FoodFezt, mulai dari mi hitam sampai dengan nasi kebuli, dari jamur portabello hingga sate kambing buntel, makanan India, Timur Tengah, Eropa, dan Jawa, juga menu vegetarian dan berbagai variasi lainnya.

Andi mengungkapkan konsep FoodFezt sesungguhnya hanya mengumpulkan para pengusaha makanan dalam satu tempat. Tidak mengherankan bila FoodFezt yang beralamat di Pandega Karya, Jalan kaliurang km 5,5 Yogyakarta ini menyediakan 11 dapur/ tenant. "Masing-masing tenant ada satu pengusaha makanan dan masing-masing tenant memiliki 3 pekerja sehingga total karyawan yang dimiliki mencapai sekitar 80 orang. Tentu saja, ini menjadi usaha yang berhasil menyerap lapangan pekerjaan," ujar General Manager FoodFezt ini.

Meski hanya mengambil 20% keuntungan dari para pemilik usaha makanan, omzet FoodFezt milik Andi cukup menggiurkan, yakni mencapai 400 juta rupiah/ bulan karena di samping layanan langsung, FoodFezt melayani pula pesana via telepon dan Yahoo Messenger/GTalk dengan id: foodfezt. Foodfezt dalam pelayananannya juga mengurangi penggunaan kertas dan tidak menggunakan styrofoam serta tas plastik. "Sebagai gantinya, kami menggunakan biodegradable packaging dan paperbag yang bisa terurai secara natural," tambah Andi.

Untuk menjaga kualitas, FoodFezt secara berkala mengadakan evaluasi terhadap berbagai menu. Hal ini dilakukan agar cita rasa tetap dapat bertahan. "Ya, memang kita mendatangkan foodtest. Evaluasi ini menguji apakah rasanya tetap sama atau sudah berubah," terangnya.

Meski belum merasa puas, Andi kini sedikit lega. Ia mengakui bahwa bakat sebagai pengusaha sesungguhnya telah muncul sejak kecil. Sejak menjalani masa anak-anak di Kota Comal, Pemalang, Jawa tengah, ia sudah memberanikan diri berdagang mercon. Selepas itu, Andi melanjutkan pendidikan di Comal dan SMA Negeri 6 Yogyakarta pada tahun 1996. "Ke depan memang ingin mengembangkan sayap di daerah Seturan, tapi hingga kini masih dalam taraf negosiasi," tambah Andi sembari tersenyum.

Ibnu Wakhid, S.T.P., M.T. selaku pembina Center Entrepreneurship Development (CED) UGM merasa bersyukur atas kegigihan Fajar Handika. Ia turut merasa bangga atas prestasi yang diraih Andi. Prestasi ini merupakan bukti UGM selalu menjadi langganan berprestasi di ajang ini. "Meskipun tidak seramai tahun lalu, namun dengan raihan ini membuktikan UGM selalu meraih prestasi di ajang kompetisi Wirausaha Mandiri," pungkasnya.

FoodFezt: Teknologi Digital Buat Kuliner, Kenapa Tidak? (Review FoodFezt di SKH Kedaulatan Rakyat)

TEKNOLOGI informasi (TI) telah merambah segala lini kehidupan masyarakat. Perkembangan teknologi digital memang luar biasa, termasuk di negara berkembang seperti Indonesia. Para praktisi bisnis pun banyak yang memanfaatkan fasilitas TI/ teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan berbagai nilai tambah lainnya.
Fajar Handika, General Manager Jogja Foodfest di Jalan Kaliurang Yogyakarta, termasuk salah seorang pebisnis yang mengedepankan penggunaan perangkat digital di rumah makannya, krena berbagai nilai plus yang bisa diperoleh dari penerapan TI tersebut. Kebetulan pula Fajar merupakan jebolan Teknik Komputer UGM, sehingga apa yang ia peroleh di kampus pun diterapkan dalam bisnisnya.
"Kami menerapkan teknologi Foodfest Integrated Kit chen System (FIKS) yang secara sederhana bisa diartikan sebagai sebuah konsep integral antara waitress-kitchen-cashier-back office serta realtime. Sebenarnya ini juga bukan konsep terlalu baru karena beberapa restoran di Jakarta dan Singapura banyak yang sudah menggunakan perangkat seperti PDA sebagai gadget waitress ketika mereka menangani pesanan," jelas Fajar Handika didampingi Public Relations/ Marketing Jogja Foodfest Faiz kepada KR baru-baru ini.
Beberapa piranti yang memegang peranan penting dalam konsep FIKS antara lain internet server, database server, POS server, order terminal, kitchen monitor, print servers, printers, wireless access points, router, dan PDA.Fajar yang memang punya minat besar terhadap TI menuturkan, internet server berfungsi untuk menghubungkan database server dengan dunia luar. Dengan alat ini, semua aktivitas di rumah makan bisa dimonitor melalui virtual private network/VPN over internet dari mana saja. Artinya, si pemilik rumah makan bisa mengetahui berapa orang yang sedang makan, siapa saja waitress yang melayani, apa saja pesanannya, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyajikan pesanan kepada pelanggan. Termasuk pengunjung yang sudah pesan namun belum juga terlayani akan dapat diketahui, karena dari layar monitor komputer terdapat beberapa warna sebagai indikator lama tidaknya pengunjung menunggu menu.
Elemen penting lainnya adalah router yang berfungsi sebagai jantung dari FIKS. Semua perangkat yang menggunakan koneksi kabel tersambung ke router ini. Sedangkan WAP fungsinya mirip router, tapi nirkabel. Semua PDA dan komputer yang terhubung ke jaringan secara nirkabel akan terhubung ke sini dengan protokol wifi dan diteruskan ke router.
Yang tidak kalah pentingnya database server. Komponen ini berupa sebuah komputer server yang berisi semua data transaksi yang terjadi. Segala kegiatan apapun yang berhubungan dengan order akan dicatat di sini, dan PDA menjadi bawaan wajib bagi para waitress. Piranti ini digunakan para waitress untuk melakukan input order, melihat ketersediaan menu, maupun status meja. Data pemesanan itu itu akan disinkronisasi secara realtime dengan database server.
Manfaat penggunaan teknologi digital di bidang kuliner, menurut Fajar Handika, penggunaan perangkat TI atau digital dalam bisnis kuliner cukup menguntungkan dari sisi efisiensi biaya, waktu, tenaga, dan sebagainya. Ketika pemilik restoran mengimplementasikan teknologi digital dengan sistem tertentu, akan mendapat beberapa benefit seperti efisiensi sumber daya manusia, cost cutting pembuatan captain order, dan meminimalisasi human error.

"Dengan sistem seperti ini, akan ada data penjualan secara detail berdasarkan waktu dan jenis makanan yang terjual. Pemilik resto bisa menganalisis berapa jumlah tamu yang datang dalam kurun waktu tertentu, berapa persen penjualan es teh dibanding es jeruk, dan sebagainya. Jadi kenapa tidak menggunakan TI di bidang kuliner?" ucap Fajar Handika.
Memang untuk itu dibutuhkan investasi. Tapi menurut Fajar, mahal tidaknya investasi untuk perangkat digital tersebut relatif. Sebab, jika dengan sistem manual, konvensional dan tradisional, berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk sumber daya manusia yang bertambah pada saat restoran ramai, berapa tenaga yang harus dikeluarkan jika pelayan harus naik-turun lantai atas dan bawah melayani tamu dengan mondar-mandir, berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk mencetak nota pesanan (captain order) yang kemudian hanya dibuang, bagaimana risiko kesalahan membaca jika pesanan hanya ditulis tangan yang berdampak pada turunnya kualitas layanan, bagaimana risiko sistem administrasi keuangan karena menggantungkan cash register saja tentunya tidak cukup, serta beragam pertimbangan lainnya.

FoodFezt: Desember 2008

YOGYA (KR) - Banyak cara dilakukan restoran atau rumah makan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas waktu, biaya maupun tenaga, dengan tetap mengedepankan cita rasa khas sebagai unggulannya. Namun Food Fest di Jalan Kaliurang km 5,5 Yogyakarta ini lain dengan resto atau rumah makan umumnya. Fajar Handika yang jebolan Teknik Komputer UGM, memilih memadukan information technology (IT) dengan keragaman menu-menu khas yang menjadi unggulan setiap makanan dan minuman yang disajikan.
Seluruh layanan Foodfest didukung penerapan IT. Sehingga pelayan restoran pun saat menghampiri pengunjung untuk mencatat pesanan menu bukannya membawa kertas catatan dan pulpen, melainkan membawa PDA. Dengan PDA itulah pelayan mencatat segala pesanan pengunjung. “Sebenarnya bukan kok gaya atau mengikuti trend, tapi memang pekerjaan menjadi lebih efisien dan efektif dari aspek biaya, waktu, dan tenaga. Jadi pelayan di sini minimal juga harus bisa mengoperasikan komputer,” ujar Fajar Handika yang menjadi owner sekaligus General Manager Foodfest yang dirintisnya sejak sekitar 1,5 tahun lalu itu.
Menurut Fajar, resto yang menyuguhkan lebih dari 100 menu unggulan dengan cita rasa khas, bukan seperti rumah makan serba ada yang rasanya standar ini telah menerapakan teknologi Foodfest Integrated Kitchen System (FIKS) yang secara sederhana bisa diartikan sebagai sebuah konsep integral antara waitress-kitchen-cashier-backoffice serta realtime. “Di Jakarta dan Singapura sudah banyak yang menggunakan perangkat seperti PDA sebagai gadget waitress ketika mereka menangani pesanan. Hanya saja, rata-rata restoran punya satu dapur atau bar, sedangkan Foodfest memiliki 11 dapur dan satu bar,” ujar Fajar Handika didampingi Faiz, marketing sekaligus public relations Foodfest.
Beberapa piranti pendukung FIKS antara lain internet server, database server, POS server, order terminal, kitchen monitor, print servers, printers, wireless access points, router, dan PDA. Dengan piranti ini, semua aktivitas di rumah makan ini bisa dimonitor dari mana saja. “Jadi saya bisa mengetahui berapa orang yang sedang makan, siapa saja yang melayani, apa saja pesanannya, dan sebagainya ,” kata Fajar.

Expo Wirausaha Mandiri 2011 Digelar | Bataviase.co.id

Expo Wirausaha Mandiri 2011

Pameran wirausaha muda bertajuk Expo Wirausaha Mandiri 2011. sebagai kelanjutan dari kegiatan kompetisi Wirausaha Mandiri 2010 yang menjaring 3.395 mahasiswa.

Acara akan berlangsung di Ruang Plenary Assembly. Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, pada 20-22 Januari 2011. Rencananya acara akan dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Pameran ini akan diawali dengan workshop yang diikuti 4.200 peserta dan Penganugerahan Wirausaha Mandiri 2011.

Program Wirausaha Mandiri merupakan bentuk program tanggungjawab sosial atau CSR (Corporate Social Responsibility) Bank Mandiri, sekaligus dukungan untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan di kalangan kaum muda.

Selain mendorong pertumbuhan penciptaan lapangan kerja baru, program ini bertujuan mengubah pola pikir mahasiswa untuk berwirausaha sehingga mengurangi ketergantungan pada ketersediaan lapangan kerja.

Direktur Finance Strategy Bank Mandiri. Pahala N Mansury kepada wartawan. Rabu

(19/1) mengatakan, acara pameran ini menghadirkan talk show bersama figur sukses Sandiaga S Uno, Joko Nugroho, Oscar Lawalata, Addie MS Kevin Vierra, Nia Dinata Nicholas Saputra, serta Winfred Hutabarat.

Para finalis Wirausaha Mandiri (2007-2010) dan mitra binaan Mandiri Juga akan hadir sampai dengan 180 gerai produk. Di antara peserta pameran yang sekaligus peserta seleksi final Wirausaha Mandiri 2010 adalah Fajar Handika. Yohanes Auri, Sari Amelia, Triyono, dan Kadek Antari.

Fajar Handika adalah anak muda Yogyakarta pemilik Foodfezt, sebuah Jood-court dengan Integrasi IT yang beromzet ratusan juta. Selanjutnya Yohanes Auri adalah pemilik FLUX Design, sebuah agen-sl desain grafis yang mengerjakan berbagai materi desain komunikasi dari berbagai perbankan, properti dan perusahaan terkemuka lain.

Sementara itu, Sari Amelia adalah produsen Osmoes Kaos Muslimah; Triyono, pemilik usaha peternakan sapi dan ayam terpadu di Sukoharjo yang ramah lingkungan, dan Kadek Antari, pemilik usaha Gurita Shoes Painung (Sepatu Lukis Khasball, Lukis Foto, Kebaya Lukis) dari Bali.

Untuk acara hiburan belasan artis papan atas akan menghibur para pengunjung di antaranya adalah Nldji, Andra The Backbone, Vierra, Bondan Prakoso, Judlka. Seventeen. Acara penjtas hiburan ini akan dipandu oleh Artika Sari Devi, Agni Pratistha dan Erwin Parengkuan.

Pahala menambahkan, penghargaan Wirausaha Mandiri ini terbuka bagi mahasiswa kategori diploma dan sarjana serta kategori pascasarjana dan alumni.

Pihak Bank Mandiri, lanJutPahala, yakin dengan meningkatnya angka kewirausahaan, maka tingkat kesejahteraan bagi lingkungan sekitar pun akan meningkat sehingga dapat mendorong roda perekonomian Indonesia.

"Sebab wirausaha dapat membuka lapangan kerja baru dan akan membantu menurunkan angka pengangguran." kata Pahala.

Pahala menambahkan. Expo Wirausaha Mandiri 2011 sebagai kesempatan emas untuk mendapatkan inspirasi dari kisah sukses para pengusaha maupun peserta Wirausaha Mandiri. Hu karena saat ini generasi muda bisa menjadi agen perubahan

Hasnul, Memerdekakan Telekomunikasi - KOMPAS.com

Memerdekakan Informasi

HARYO DAMARDONO

Perang belum usai. Inovasi, strategi, hingga aksi ”sikut menyikut” bergantian diluncurkan oleh perusahaan-perusahaan telekomunikasi. Tarif pun ditekan serendah-rendahnya; ditandai iklan-iklan yang merasuki. Namun tampaknya, soal ”perang” ini tak ada keberatan karena tarif semakin murah.

Empat tahun silam, tidak banyak orang berani menelepon interlokal misalnya dari Jakarta ke Padang. Tidak sampai satu menit, mungkin biayanya Rp 50.000. Bila sering ke wartel, terlihat jelas di layar monitor, ongkos pembayaran percakapan yang terkuras cepat seiring dengan bertambahnya waktu.

Kini, komunikasi lebih mudah sekaligus murah. Baik tarif telepon, pesan singkat, maupun data juga makin murah. Tanpa disadari, dibanding empat tahun silam, tagihan telepon tinggal 30-50 persennya. Penghematan biaya yang dapat dialihkan membeli keperluan lainnya.

Si penabuh genderang perang itu adalah Hasnul Suhaimi, yang sejak September 2006 menjabat Chief Executive Officer PT XL Axiata, Tbk. Sikap tak pernah berpuas diri serta strateginya untuk terus mereposisi organisasi telah memicu perang itu.

”Data percakapan di India tahun 2006 membuka mata saya. Saya terkejut sebab di sana tiap orang rata-rata berbicara 500 menit per bulan. Sementara di XL saat itu tiap orang hanya 43 menit per bulan. Jauh bedanya,” kenang Hasnul.

Tim dibentuk. Seorang perempuan yang bukan manajer memimpin tim beranggota 14 orang. ”Saya tunjuk dia sebagai ketua tim, mengepalai beberapa manajer karena dia menguasai materi yang didapatnya di lapangan. No problem, tak ada masalah dengan struktural perusahaan,” kata Hasnul yang ditemui akhir Agustus 2010.

Dua bulan tim bekerja, keluarlah angka tarif Rp 1 untuk percakapan satu detik.

Dunia telekomunikasi Indonesia gempar. XL terus melaju. Januari 2008, Excelcomindo malah melansir tarif Rp 0,1 per detik. Kini di XL, rata-rata percakapan per orang sudah 500 menit per bulan. Sementara operator pesaingnya 300 menit per orang per bulan.

Jejak keberhasilan strategi XL yakni adanya lonjakan pelanggan. Tahun 2006, hanya 9,5 juta pelanggan yang tertarik bergabung. Pada akhir tahun 2007 menjadi 10,2 juta pelanggan. Sementara hingga semester I tahun 2010, jumlah pelanggan XL telah 35,2 juta orang.

Reorganisasi

Diakui Hasnul, saat dia mulai berkarya di XL, organisasi sudah rapi bahkan terlalu rapi. Masalahnya, dalam dunia yang berubah cepat, organisasi yang terlalu rapi malah menyusahkan.

”Marketing misalnya, tak boleh tertata rapi. Harus dinamis. Masak pernah ada marketing saya yang tidak tahu tarif Telkomsel dan Indosat. Ya saya minta dia ke lapangan lagi,” kata Hasnul. ”Bagaimana XL meningkatkan diri bila tak tahu posisinya,” ujar Hasnul.

Namun dia meluruskan, dalam sebuah perusahaan tetap harus ada organisasi yang ”rapi”, seperti divisi pembangunan dan operasional.

XL bertransformasi di zaman Hasnul. Dimulai dari hal sederhana, seperti diubahnya tata letak (lay-out) kantor. Lantas, mutasi karyawan dari bagian sumber daya manusia ke jaringan (network). Kerja tim juga ditanamkan dalam keseharian kerja karyawan sebagai strategi utama melawan kompetitor.

Struktur yang boleh dibuat lentur langsung diobrak-abrik. Birokrasi dipangkas. Direktur keuangan dibolehkan mendatangi marketing, untuk menanyakan langsung penyebab berkurangnya penjualan. ”Nah, orang marketing juga bisa protes langsung. Marketing misalnya bisa bilang tak cukup ada budget sehingga pemasaran kurang. Budget ditambah, dan penjualan naik,” ujar Hasnul.

Alasan serupa mendasari mutasi orang jaringan pada divisi sales. ”Ini supaya orang jaringan mengerti, bila pekerjaan mereka buruk, bila jaringan lemah, maka bagian sales akan susah jualan produk,” kata Hasnul.

Rotasi akhirnya menjadi prasyarat pemimpin di XL. Untuk menjadi seorang manajer umum, seorang pegawai diharuskan telah bekerja di dua direktorat. Bila terlalu lama di posisinya, pegawai itu sangat hebat di bidangnya, tetapi tak mengerti hal lain. Atau, dapat kehilangan daya dobraknya lagi.

Terobosan

Hasnul juga memimpin XL dalam merancang dan melontarkan terobosan-terobosan. Kebijakan pemerintah per Maret 2008, tentang penggunaan menara bersama, telah didahului Excelcomindo dengan menyewakan menaranya untuk pelanggan Axis di Sumatera sejak Desember 2007.

Langkah XL untuk menyewakan menara pada masa itu sempat dianggap gila. ”Di sebuah ruang diskusi, saya juga pernah menantang. Apa Pertamina berani di tiap SPBU mereka, selain menjual bensin Pertamina, juga menjual Shell, Total, atau Petronas. Analogi itu kan sama langkah kami menyewakan menara XL untuk operator lain,” kata Hasnul sembari terkekeh.

Tujuh puluh persen manajer Excelcomindo, yang dimintai pendapatnya oleh Hasnul, ketika ide itu digulirkan, menolak rencana awal penyewaan menara. Para manajer itu mengkhawatirkan munculnya ”perang terbuka”. Bagaimana mungkin, memberi amunisi pesaing?

Menara, base transfer tranceiver-ringkasnya jaringan telekomunikasi, merupakan senjata pamungkas bagi sebuah perusahaan telekomunikasi untuk memenangi persaingan. Barang siapa memiliki jaringan yang luas, akan mampu memenangi hati calon pelanggan.

”Tetapi saya tantang bagian penjualan, berani tidak bersaing meski menara juga dipakai Axis? Mereka bilang siap, tetapi sebenarnya mau tak mau mereka pasti bilang siap ke saya,” kata Hasnul sambil tertawa. Sejurus kemudian, dia menekankan motivasi tinggi pun diberikan ke bagian penjualan.

Tenaga pemasaran Excelcomindo memang harus bekerja ekstra keras setelah salah satu keunggulan mereka dilepas ke pesaing. Di lapangan, kerja divisi pemasaran memang sudah ekstra keras. Tak sedikit terjadi perusakan spanduk antaroperator hanya untuk sedikit lebih unggul dari pesaing.

Terlepas dari segala hambatan, alhasil, tantangan yang disodorkan Hasnul ke internal perusahaan membuahkan hasil. Pelanggan baru tetap diraih Excelcomindo karena penjualan yang makin tangguh. Di sisi lain, kantong XL makin bertambah berkat penyewaan 7.000-8.000 unit menara tahun 2010.

Kini operator-operator besar telah menjangkau lebih dari 90 persen populasi disertai tarif murah. Maka, kini era kualitas layanan harus menjadi fokus utama. Hal ini pula yang sedang dicoba XL untuk menyiapkan diri di masa mendatang, tentu dengan tetap memanfaatkan optimalisasi kerja tim.

Saat duduk di tampuk pimpinan Excelcomindo, mungkin Hasnul Suhaimi bertindak luas dan simpel seturut nalurinya untuk mereorganisasi struktur manajemen. Namun, tak disadarinya, reorganisasi itu telah memerdekakan telekomunikasi Indonesia dengan tarifnya yang murah.

Triyono, Juragan Agribisnis Beromzet Miliaran - KOMPAS.com

Triyono, Juragan Agribisnis Beromzet Miliaran

Mungkin kita perlu mencontoh semangat Triyono, finalis tingkat nasional Penghargaan Wirausahawan Mandiri 2010 ini. Meski memiliki kekurangan fisik, ia berhasil mendirikan usaha di bidang agribisnis peternakan dan berhasil mencetak omzet hingga Rp 3 miliar per tahun.

Fisik Triyono memang tak sempurna. Meski ketika berjalan harus ditopang kruk yang mengapit di kedua lengannya, ia berhasil membuktikan kepada dunia bahwa ia mampu memberikan manfaat kepada orang lain.

Ketika ditemui KONTAN, Rabu (19/1/2011) di Jakarta, Triyono terlihat semringah. Berkali-kali ia tersenyum ketika menceritakan awal memulai bisnis. Bukan mengingat kenangan manis, tapi justru soal kesulitan dan tantangan yang ia hadapi saat membangun bisnis peternakan di Sukoharjo.

Tri, sapaan pria yang sejak berusia satu tahun divonis penyakit polio ini, bercerita bahwa ketika terjun di dunia agribisnis, dia tak banyak mendapat dukungan dari kerabat dan keluarganya sendiri. "Mereka saat itu selalu melihat ketidaksempurnaan fisik saya, mereka ragu akan kemampuan saya bekerja. Saat itulah saya merasa tidak berguna," kenang Tri.

Lelaki berumur 29 tahun ini teguh memegang prinsip: sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain. Penolakan yang selalu disematkan kepadanya ketika mencari pekerjaan menyadarkan Tri bahwa ia harus membangun usaha sendiri untuk mengasapi dapurnya. "Sudah pasti, saya adalah orang pertama yang ditolak perusahaan ketika melamar sekalipun IPK saya bagus," tuturnya sambil tersenyum.

Tri mulai merintis usaha agribisnis peternakan ketika masih berstatus sebagai mahasiswa Jurusan Pertanian dan Peternakan Universitas Sebelas Maret, Solo, tahun 2006. Dengan bermodalkan Rp 5 juta, ia memulai usaha bebek potong. Ia membeli 500 bebek untuk dia kembang biakkan dan dibesarkan di lahan pekarangan rumah keluarganya.

Ia benar-benar menerapkan ilmu peternakan yang diperoleh di bangku kuliah. Hasilnya tokcer. Banyak pesanan mampir karena kualitas bebek peternakan Tri terbilang unggul. Bebek hasil ternaknya bukan hanya sehat, tetapi juga memiliki berat proposional. Ini yang membuat harga "si kwek-kwek" selalu bagus.

Pelan tapi pasti, selama setahun Tri mampu mengumpulkan modal dari usaha bebek potongnya. Tri memakai tambahan dana itu sebagai usaha jual beli sapi menjelang Idul Adha.

Awal 2007 ia memberanikan diri memulai usaha jual beli hewan kurban. Ia mengenang, saat itu menjadi tahun terberat baginya. Selain harus mempersiapkan ujian skripsi, ia juga baru merintis agribisnis.

Walhasil, saat pagi hingga siang hari ia harus berkutat dengan kuliah. Setelah itu Tri mencurahkan waktunya membeli dan menjual sapi untuk pasokan hari raya kurban.

Seorang diri, ia memasok hewan-hewan tersebut ke beberapa daerah di sekitar Sukoharjo. Masuk keluar pasar setiap hari sudah menjadi kegiatan rutin. "Saya harus berjalan jauh dengan menggunakan kruk, mencari dan membeli sapi yang berkualitas kemudian mengantar sapi-sapi tersebut ke tempat pesanan," kenang Tri. Tapi, dia pantang menyerah meski beberapa orang kerap menolak bekerja sama dengannya.

Segala usahanya tak sia-sia. Tri lulus dengan indeks prestasi kumulatif 3,2, dan juga meraih untung dari hasil penjualan sapi kurban. Ia memutar kembali keuntungan itu sebagai modal membeli sapi dan ayam.

Menyadari peluang usaha dari agribisnis cukup besar karena menyangkut kebutuhan primer banyak orang, dengan bermodalkan Rp 20 juta, Tri pun mantap membangun usaha secara serius pada tahun 2008.

Dengan mengibarkan bendera CV Tri Agri Aurum Multifarm, Tri berbisnis peternakan terpadu sapi potong, ayam potong, dan pupuk organik. Meski tak memiliki latar belakang berbisnis, Tri mampu meraih pasar dengan cepat.

Bekal kuliah menjadi nilai plus mengembangbiakkan ternak. Alhasil, pada 2008 dia mampu meraih omzet Rp 50 juta per bulan. Dia juga berhasil membuka lapangan kerja baru di desanya.


Meski tak keluar sebagai pemenang Wirausahawan Mandiri 2010, Triyono tak kecewa. Maklum, sejatinya, melalui ajang bertaraf nasional ini, ia ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa peternakan sangat layak menjadi pilihan anak muda dalam berusaha. Asalkan, dikelola dengan manajemen yang baik.

Bagi Triyono, persoalan menang atau kalah bukanlah tujuannya mengikuti ajang Wirausahawan Mandiri 2010. Ada gol lain yang hendak dituju. Yakni, mengenalkan CV Tri Agri Aurum Multifarm ke seluruh Indonesia.

Tak hanya itu, Triyono juga ingin menunjukkan ke semua orang bahwa agribisnis bukan hanya usaha yang cocok untuk orang tua, tetapi juga dapat dikelola oleh anak muda seperti dirinya. "Saya ingin usaha agribisnis yang dikelola anak muda menjadi tren," ungkap Triyono.

Sejak mengembangkan usaha agribisnis dengan bendera Tri Agri tiga tahun lalu, omzet Triyono terus menanjak setiap tahun. Jika pada 2008, penghasilannya baru sebesar Rp 500 juta. Pada 2010 lalu pendapatannya melonjak enam kali lipat menjadi Rp 3 miliar.

Berbekal ilmu peternakan yang ia pelajari saat bangku kuliah, Triyono memulai usaha agribisnisnya dengan menjual bebek potong hingga kemudian beternak ayam dan terakhir sapi.

Kualitas ternak-ternak milik Triyono yang dibudidayakan di peternakan seluas 1 hektar tersebut terbilang unggul ketimbang ternak milik pelaku usaha lain. Meski begitu, bukan berarti Triyono boros dalam membudidayakan semua hewan ternaknya, justru sebaliknya. Tapi, "Bukan berarti saya irit memberi makanan ternak, tapi saya memberi makanan ternak secukupnya," ujar pria 29 tahun ini.

Hewan ternak yang diberi makan sesuai dengan asupannya dan tepat waktu lebih sehat dibandingkan dengan hewan ternak yang terus-terusan diberi makan. "Kami selalu memberi pakan tanpa campuran bahan kimia, hanya yang ada di lahan kamilah yang dimakan ternak, misalnya, rumput hijau," kata Triyono.

Cara ini tentu saja dapat menekan biaya operasional. Triyono juga memanfaatkan aneka bumbu dapur, seperti kunyit, jahe, dan lengkuas untuk mengobati ternak-ternaknya yang sakit akibat faktor perubahan cuaca. "Kalau ternak tak nafsu makan, tinggal diberi daun pepaya yang telah ditumbuk halus," imbuh dia.

Memanfaatkan pakan yang bersumber langsung dari alam tanpa campuran bahan kimia, Triyono mengatakan, juga akan menghasilkan sapi, ayam, dan bebek yang sehat dan bebas dari penyakit. Jadi, manajemen pakan, menurut Triyono, adalah 70 persen kunci dari keberhasilannya.

Namun, pola peternakan yang layak ditiru dari Triyono tak cuma sekadar soal memelihara, membesarkan, dan menjual hewan ternak, tetapi juga mengenai pengolahan limbah ternak.

Triyono—yang kerap memberikan penyuluhan kepada mahasiswa dari pelbagai perguruan tinggi, seperti Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan Universitas Sebelas Maret Surakarta—memanfaatkan kotoran hewan ternaknya menjadi pupuk kompos, kemudian dijual ke pasar seharga Rp 350 per kilogram.

Dalam sebulan, Triyono dapat mengolah 15 ton kotoran ternak yang disulap menjadi pupuk. Pria yang sempat mengenyam pendidikan di sekolah luar biasa (SLB) selama setahun saat usia delapan tahun ini mengatakan, ide mengolah limbah peternakan muncul ketika ia melihat kotoran ternak yang makin menggunung di sekitar lahan peternakannya.

Untuk menjadi pupuk, Triyono mencampur kotoran ternak dengan tanah dan serbuk jerami. Pengerjaannya secara manual. Setelah semua bahan tercampur secara merata, kemudian dibungkus dengan plastik dan siap dijual ke pasar.

Meski usaha agribisnis seperti peternakan telah mengantarkan sebagian orang bergelimang harta, toh sektor ini belum menjadi pilihan kalangan anak muda. Selain masih dinilai terlalu kolot dan hanya cocok untuk orang tua dan masyarakat pedesaan, agribisnis khususnya peternakan dianggap tidak bergengsi.

Apalagi, Triyono mengatakan, memulai usaha di bidang agribisnis harus memiliki modal yang besar. Inilah yang membuat para peternak lebih terlihat sebagai pemasok yang hanya mengejar keuntungan semata.

Padahal, menurut Triyono, kalau usaha ini dikelola dengan baik, niscaya beternak bisa setara dengan usaha-usaha bergengsi lainnya, seperti kuliner, industri kreatif, atau jasa.

[wanita-muslimah] Ketika Kebahagiaan Itu Singgah

Ketika Kebahagiaan Itu Singgah

Ketika Kebahagiaan Itu Singgah  By: agussyafii  Bila malam tiba, saya dan istri mengajar mengaji anak-anak Amalia. Istri saya  suka mengajak anak-anak Amalia untuk menghapal Juz Amma' atau menghapal Asma ul  Husna. Kegiatan mengajar mengaji anak-anak Amalia merupakan kegiatan yang  mendatangkan kebahagiaan tersendiri sebab kami bisa berbagi ilmu dan  mengajarkan untuk anak-anak Amalia. Disaat itulah kebahagiaan singgah di  keluarga kami.  Ada dua ungkapan, senang dan bahagia. Senang adalah terpenuhinya tuntutan  syahwat, misalnya sedang lapar menemukan makanan lezat, sedang haus menemukan  minuman segar, sedang sulit menemukan kemudahan, sedang kesepian ketemu teman  atau kekasih, sedang nganggur dapat pekerjaan dan sebangsanya. Adapun bahagia  berhubungan dengan misteri yang sangat subyektif, tetapi intinya adalah  datangnya  pertolongan ilahiyah hingga memperoleh sesuatu yang dianggap sebagai  kebaikan ilahiyah (al khoir).   Rasa bahagia misalnya terasa ketika anaknya lahir laki-laki setelah sekian lama  mendambakan ingin mempunyai anak lelaki. Keberhasilan memeliliki anak-lelaki  tidak diklaim sebagai prestasi - ini karena aku bisa bikinnya misalnya; kata  sang ayah- tetapi orang yang mempunyai anak lelaki setelah hampir putus asa  mendambakan kehadirannya merasa bahwa kehadiran anak lelaki itu merupakan  anugerah Alloh SWT yang tak ternilai. Kebahagiaan juga terasa ketika seorang  ibu yang membesarkan anak gadisnya tanpa kehadiran suami sehingga ia dalam  keadaan berat selalu berharap agar anaknya memiliki masa depan yang baik. Pada  saatnya anak gadisnya dipersunting oleh seorang  pemuda saleh yang cerah masa  depannya. Masa depan cerah anak gadisnya itu tidak diklaim sebagai prestasinya  tetapi benar-benar dipandang sebagai anugerah Alloh SWT.  Jadi kebahagiaan itu datang dalam rangkaian kesulitan yang panjang tetapi  ketika hadir tidak diakui sebagai prestasinya. Orang lainpun akan berkomentar,  ibu itu sungguh sudah bekerja keras melampaui berbagai kesulitan dalam mengasuh  anaknya sendirian, maka pantaslah  jika Allah menganugerahinya kebahagiaan yang  sempurna kepadanya.   Dalam bahasa Arab ada  empat kata yang berhubungan dengan kebahagiaan, yaitu  sa`adah (bahagia), falah (beruntung) dan najat (selamat) dan najah (berhasil).  Jika saadah (bahagia)  mengandung nuansa anugerah Alloh SWT setelah terlebih  dahulu mengarungi kesulitan, maka falah mengandung arti menemukan apa yang  dicari (idrak al bughyah). Falah ada dua macam, dunyawi dan ukhrawi. Falah  duniawi adalah memperoleh kebahagiaan yang membuat hidup di dunia terasa  nikmat, yakni menemukan  (a) keabadian (terbatas); umur panjang, sehat terus,  kebutuhan tercukupi terus dsb, (b) kekayaan; segala yang dimiliki jauh melebihi  dari yang dibutuhkan, dan (c) kehormatan sosial. Sedangkan falah ukhrawi  terdiri dari empat macam, yaitu (a) keabadian tanpa batas, (b) kekayaan tanpa  ada lagi yang dibutuhkan, (c) kehormatan tanpa ada unsur kehinaan dan (d)  pengetahuan hingga tiada lagi yang tidak diketahui.   Sedangkan najat merupakan kebahagiaan yang dirasakan karena merasa terbebas  dari ancaman yang menakutkan, misalnya ketika menerima putusan bebas dari  pidana, ketika mendapat grasi besar dari presiden, ketika ternyata seluruh  keluarganya selamat dari gelombang tsunami dan sebagainya. Adapun najah adalah  perasaan bahagia karena yang diidam-idamkan ternyata terkabul, padahal ia sudah  merasa pesimis, misalnya keluarga miskin yang sepuluh anaknya berhasil menjadi  sarjana semua.  Kesenangan berdimensi horizontal, sedangkan kebahagiaan berdimensi horizontal  dan vertikal. Orang masih bisa menguraikan anatomi kesenangan yang  diperolehnya, tetapi ia akan susah mengungkap rincian kebahagiaan yang  dirasakannya. Air mata bahagia merupakan wujud ketidakmampuan kata-kata. Prof.  Fuad Hasan dalam bukunya Pengalaman Naik Haji mengaku tidak bisa menerangkan  kenapa beliau menangis di depan Ka`bah, karena kebahagiaan yang beliau alami  berdimensi vertikal, bernuansa anugerah, bukan prestasi.   Banyak mempelai menitikkan air mata ketika akad nikah, demikian juga kedua  orang tuanya, dan mereka tidak bisa menerangkan anatomi perasaan bahagianya.  Kebahagiaan berkaitan dengan tingkat kesulitan yang dialami. Kebahagiaan  sesungguhynya dalam kehidupan rumah tangga bukan ketika akad nikah, bukan pula  ketika bulan madu, tetapi ketika pasangan itu telah membuktikan mampu  mengarungi samudera kehidupan hingga ke pantai tujuan, dan di pantai tujuan ia  mendapati anak cucu yang sukses dan terhormat. Sungguh orang sangat menderita  ketika di ujung umurnya menyaksikan anak-anak dan cucu-cucunya nya sengsara dan  hina, meski perjalanan bahtera rumah tangganya penuh dengan sukses story.  Kebahagiaan biasanya datang setelah orang sukses mengatasi kesulitan yang  panjang, tetapi tidak semua kesulitan mengantar pada kebahagiaan yang  sebenarnya.  Menurut hadis Nabi ada empat pilar kebahagiaan dalam hidup berumah tangga; (1)  isteri/suami yang setia (2) anak-anak yang berbakti (3) lingkungan sosial yang  sehat dan (4) rizkinya dekat.  Kesetiaan membuat hati tenang dan bangga,  anak-anak yang berbakti menjadikannya sebagai buah hati, lingkungan sosial yang  sehat menghilangkan rasa khawatir dan rizki yang dekatkan optimisme, idealisme  dan imajinasi..  Wassalam,