- ia tahu ada di mana sekarang (bisa dengan pre-test)
- tujuan akhir pembelajaran (akan bisa apa setelah selesai mempelajari bahan pelajaran)
- cara menuju ke sana (membaca peta, cara U turn, mengetahui arah dengan bantuan kompas/ lokasi matahari, cara bertanya kepada orang sekitar, dll). Cara mencari bahan bacaan / gambar dari perpustakaan dan/ atau internet, membuat presentasi, membuat makalah, cara berargumentasi yang baik
- mengetahui apakah sudah sampai ditujuan (dengan post-test, memperlihatkan portofolionya)
- mengembangkan pilihan (mencari jalan alternatif bila menemukan kebuntuan/ kemacetan)
Belajar Peta Konsep
Menjadi Manusia Pembelajar
Komponen pertama dari sistem memori yang dijumpai oleh informasi yang
masuk adalah registrasi penginderaan. Registrasi penginderaan menerima sejumlah besar informasi dari indera dan menyimpannya dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari dua detik. Bila tidak terjadi suatu proses terhadap informasi yang disimpan dalam register penginderaan, maka dengan cepat informasi itu akan hilang.
Keberadaan register penginderaan mempunyai dua implikasi penting dalam pendidikan. Pertama, orang harus menaruh perhatian pada suatu informasi bila informasi itu harus diingat. Kedua, seseorang memerlukan waktu untuk membawa semua informasi yang dilihat dalam waktu singkat masuk ke dalam kesadaran, (Slavin, 2000: 176).
Interpretasi seseorang terhadap rangsangan dikatakan sebagai persepsi. Persepsi dari stimulus tidak langsung seperti penerimaan stimulus, karena persepsi dipengaruhi status mental, pengalaman masa lalu, pengetahuan, motivasi, dan banyak faktor lain.
Informasi yang dipersepsi seseorang dan mendapat perhatian, akan ditransfer ke komponen kedua dari sistem memori, yaitu memori jangka pendek. Memori jangka pendek adalah sistem penyimpanan informasi dalam jumlah terbatas hanya dalam beberapa detik. Satu cara untuk menyimpan informasi dalam memori jangka pendek adalah memikirkan tentang informasi itu atau mengungkapkannya berkali-kali. Guru mengalokasikan waktu untuk pengulangan selama mengajar.
Memori jangka panjang merupakan bagian dari sistem memori tempat menyimpan informasi untuk periode panjang. Tulving (1993) dalam (Slavin, 2000: 181) membagi memori jangka panjang menjadi tiga bagian, yaitu memori episodik, yaitu bagian memori jangka panjang yang menyimpan gambaran dari pengalaman-pangalaman pribadi kita, memori semantik, yaitu suatu bagian dari memori jangka panjang yang menyimpan fakta dan pengetahuan umum, dan memori prosedural adalah memori yang menyimpan informasi tentang bagaimana melakukan sesuatu.
Mengasah Keterampilan Proses
a) memotivasi belajar siswa karena dalam keterampilan siswa dipacu untuk senantiasa berpartisipasi secara aktif dalam belajar.
b) memperjelas konsep, pengertian, dan fakta yang dipelajari siswa karena pada hakekatnya siswa sendirilah yang mencari dan menemukan konsep tersebut.
c) mengembangkan pengetahuan teori dengan kenyataan di dalam kehidupan sehari-hari.
d) mempersiapkan dan melatih siswa dalam menghadapi kenyataan dalam kehidupan sehari-hari untuk bepikir logis dalam memecahkan masalah.
e) mengembangkan sikap percaya diri, bertanggung jawab, dan rasa kesetiakawanan sosial dalam menghadapi berbagai problem kehidupan.
MENJADI MANUSIA PEMBELAJAR: Hubungan Pembelajaran Kooperatif dan Keterampilan Proses
Pembelajaran kooperatif mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi (Ibrahim, 2000,12).
Keterampilan ini amatlah penting untuk dimiliki siswa dalam rangka memahami konsep-konsep yang sulit, berpikir kritis dan kemampuan membantu teman.
Para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa siswa-siswa mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret dan dikerjakan secara bersama-sama (Semiawan, 1992,14). Contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi dengan mempraktekkan sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui penanganan benda-benda yang benar-benar nyata. Pada prinsipnya anak mempunyai motivasi dari dalam untuk belajar karena didorong oleh rasa ingin tahu.
Tugas guru bukanlah memberikan pengetahuan, melainkan menyiapkan situasi yang menggiring anak untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep sendiri.
MENJADI MANUSIA PEMBELAJAR: Hubungan Inkuiri dan Keterampilan Proses
Jika kita ingin menanamkan inkuiri dalam diri siswa, maka cara menuangkan informasi sebanyak-banyaknya ke dalam otak siswa tidaklah sesuai dengan maksud pendidikan, anak perlu dilatih untuk selalu bertanya, berpikir kritis, dan mengusahakan kemungkinan-kemungkinan jawaban terhadap satu masalah. Dengan demikian, anak perlu dibina berpikir dan bertindak secara kreatif.
Pembelajaran inkuiri adalah suatu pembelajaran yang dirancang untuk mengajarkan kepada siswa bagaimana cara meneliti permasalahan atau pertanyaan fakta-fakta. Pembelajaran inkuiri memerlukan lingkungan kelas dimana siswa merasa bebas untuk berkarya, berpendapat, membuat kesimpulan dan membuat dugaan. Suasana seperti itu amat penting karena keberhasilan pembelajaran bergantung pada kondisi pemikiran siswa.
Inkuiri memberikan peluang, ruang, dan dorongan untuk mempelajari berbagai keterampilan-keterampilan menentukan kapan saatnya memberikan suatu sentuhan, menentukan petunjuk-petunjuk apa yang tepat diberikan pada tiap siswa tertentu, menentukan apa yang tidak perlu dikatakan pada siswa, menentukan cara membaca perilaku siswa pada saat mereka bekerja menghadapi tantangan dan cara merancang suatu situasi pembelajaran bermakna dengan memperhitungkan perilaku tersebut, menentukan kapan pengamatan, hipotesis, atau eksperimen adalah bermakna, menentukan cara bagaimana memberikan toleransi terhadap keragu-raguan, menentukan bagaimana menggunakan kesalahan-kesalahan secara konstruktif, dan menentukan bagaimana membimbing siswa sehingga memberikan mereka keleluasaan kontrol atas eksplorasi mereka tanpa guru kehilangan kontrol atas kelas.
MENJADI MANUSIA PEMBELAJAR: Tahapan Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Konstruktivis adalah salah satu pilar dari Contextual Teaching and Learning, dimana siswa diharapkan membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalaman-pengalaman baru berdasarkan pada pengalaman awal dan pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman belajar bermakna.
Pembelajaran penemuan terbimbing mempunyai kesamaan dengan pembelajaran berdasarkan masalah dan inquiri yang juga penerapannya berdasarkan teori konstruktivis, maka penemuan terbimbing termasuk salah satu pembelajaran yang sesuai dengan Contextual Teaching and Learning (CTL).
Menurut Sund (dalam Suryosubroto, 1996: 193), discovery merupakan bagian dari inquiri, atau inquiri merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolongkan, membuat simpulan dan sebagainya.
Pembelajaran penemuan ada persamaannya dengan pembelajaran berdasarkan masalah.
Menurut Ibrahim dan Nur (2000: 23), kedua model ini menekankan keterlibatan siswa secara aktif, orientasi induktif lebih ditekankan daripada deduktif, dan siswa mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Pembelajaran berdasarkan masalah (PBI) membantu siswa menjadi pebelajar yang mandiri dan otonom melalui bimbingan guru yang secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan siswa untuk mencari penyelesaian terhadap masalah nyata. Namun pembelajaran penemuan dan PBI berbeda dalam beberapa hal yang penting yaitu, pada penemuan terbimbing sebagian besar didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan berdasarkan disiplin, dan penyelidikan siswa berlangsung di bawah bimbingan guru terbatas pada lingkungan kelas.
Berbeda dengan pembelajaran penemuan terbimbing, pembelajaran berdasarkan masalah dimulai dengan masalah kehidupan nyata yang bermakna yang memberikan kesempatan kepada siswa dalam memilih dan melakukan penyelidikan yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut. Selain itu, karena masalah itu merupakan masalah kehidupan nyata, pemecahannya memerlukan penyelidikan antara disiplin (Arends, 1997).
Tahap-tahap pembelajaran
1. Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang diberikan guru.
2. Mengorganisasikan siswa dalam belajar
Guru membantu siswa mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas yang berkaitan dengan masalah serta menyediakan alat.
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4. Menyajikan / mempresentasikan hasil kegiatan
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model yang membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
5. Mengevaluasi kegiatan
Guru membantu siswa untuk merefleksi pada penyelidikan dan proses penemuan yang digunakan.
Sumber: (Ibrahim dan Nur, 2000: 13)
Karena pembelajaran penemuan terbimbing merupakan pembelajaran penemuan dan bimbingan guru, dan ada persamaannya dengan pembelajaran berdasarkan masalah, oleh sebab itu dalam penelitian ini menggunakan tahapan dengan mengadaptasi dari tahapan PBI.
Carin (1993a) memberikan petunjuk dalam merencanakan dan menyiapkan pembelajaran penemuan terbimbing sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan yang akan dipelajari oleh siswa.
2. Memilih metode yang sesuai dengan kegiatan penemuan.
3. Menentukan lembar pengamatan untuk siswa.
4. Menyiapkan alat dan bahan secara lengkap.
5. Menentukan dengan cermat apakah siswa akan bekerja secara individu atau secara kelompok yang terdiri dari 2,3 atau 4 siswa.
6. Mencoba terlebih dahulu kegiatan yang akan dikerjakan oleh siswa untuk mengetahui kesulitan yang mungkin timbul atau kemungkinan untuk modifikasi.
Selanjutnya, untuk mencapai tujuan di atas Carin (1993a) menyarankan hal-hal sebagai berikut:
a. Memberikan bantuan agar siswa dapat memahami tujuan kegiatan yang dilakukan.
b. Memeriksa bahwa semua siswa memahami tujuan kegiatan prosedur yang harus dilakukan.
c. Sebelum kegiatan dilakukan menjelaskan pada siswa tentang cara bekerja yang aman.
d. Mengamati setiap siswa selama mereka melakukan kegiatan.
e. Memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mengembalikan alat dan bahan yang digunakan.
f. Melakukan diskusi tentang kesimpulan untuk setiap jenis kegiatan.
MENJADI MANUSIA PEMBELAJAR: Peta Konsep untuk Mempermudah Konsep Sulit dalam Pembelajaran
Salah satu pernyataan dalam teori Ausubel adalah ‘bahwa faktor yang paling penting yang mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang telah diketahui siswa (pengetahuan awal). Jadi supaya belajar jadi bermakna, maka konsep baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif siswa. Ausubel belum menyediakan suatu alat atau cara yang sesuai yang digunakan guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh para siswa (Dahar, 1988: 149). Berkenaan dengan itu Novak dan Gowin (1985) dalam Dahar (1988: 149) mengemukakan bahwa cara untuk mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa, supaya belajar bermakna berlangsung dapat dilakukan dengan pertolongan peta konsep.
a. Pengertian Konsep
Konsep dapat didefenisikan dengan bermacam-macam rumusan. Salah satunya adalah defenisi yang dikemukakan Carrol dalam Kardi (1997: 2) bahwa konsep merupakan suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok obyek atau kejadian. Abstraksi berarti suatu proses pemusatan perhatian seseorang pada situasi tertentu dan mengambil elemen-elemen tertentu, serta mengabaikan elemen yang lain.
Tidak ada satu pun definisi yang dapat mengungkapkan arti yang kaya dari konsep atau berbagai macam konsep-konsep yang diperoleh para siswa. Oleh karena itu konsep-konsep itu merupakan penyajian internal dari sekelompok stimulus, konsep-konsep itu tidak dapat diamati, dan harus disimpulkan dari perilaku.
Dahar menyatakan bahwa konsep merupakan dasar untuk berpikir, untuk belajar aturan-aturan dan akhirnya untuk memecahkan masalah. Dengan demikian konsep itu sangat penting bagi manusia dalam berpikir dan belajar.
Pemetaan konsep merupakan suatu alternatif selain outlining, dan dalam beberapa hal lebih efektif daripada outlining dalam mempelajari hal-hal yang lebih kompleks. Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi merupakan dua atau lebih konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik (Novak dalam Dahar 1988: 150).
George Posner dan Alan Rudnitsky dalam Nur (2001b: 36) menyatakan bahwa peta konsep mirip peta jalan, namun peta konsep menaruh perhatian pada hubungan antar ide-ide, bukan hubungan antar tempat. Peta konsep bukan hanya meggambarkan konsep-konsep yang penting melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep itu. Dalam menghubungkan konsep-konsep itu dapat digunakan dua prinsip, yaitu diferensiasi progresif dan penyesuaian integratif. Menurut Ausubel dalam Sutowijoyo (2002: 26) diferensiasi progresif adalah suatu prinsip penyajian materi dari materi yang sulit dipahami. Sedang penyesuaian integratif adalah suatu prinsip pengintegrasian informasi baru dengan informasi lama yang telah dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu belajar bermakna lebih mudah berlangsung, jika konsep-konsep baru dikaitkan dengan konsep yang inklusif.
Untuk membuat suatu peta konsep, siswa dilatih untuk mengidentifikasi ide-ide kunci yang berhubungan dengan suatu topik dan menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola logis. Kadang-kadang peta konsep merupakan diagram hirarki, kadang peta konsep itu memfokus pada hubungan sebab akibat. Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas, maka Dahar (1988: 153) mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut:
1) Peta konsep (pemetaan konsep) adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, apakah itu bidang studi fisika, kimia, biologi, matematika dan lain-lain. Dengan membuat sendiri peta konsep siswa “melihat” bidang studi itu lebih jelas, dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.
2)Suatu peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang studi atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang memperlihatkan hubungan-hubungan proposisional antara konsep-konsep. Hal inilah yang membedakan belajar bermakna dari belajar dengan cara mencatat pelajaran tanpa memperlihatkan hubungan antara konsep-konsep.
3)Ciri yang ketiga adalah mengenai cara menyatakan hubungan antara konsep-konsep. Tidak semua konsep memiliki bobot yang sama. Ini berarti bahwa ada beberapa konsep yang lebih inklusif dari pada konsep-konsep lain.
4) Ciri keempat adalah hirarki. Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep tersebut.
Peta konsep dapat menunjukkan secara visual berbagai jalan yang dapat ditempuh dalam menghubungkan pengertian konsep di dalam permasalahanya. Peta konsep yang dibuat murid dapat membantu guru untuk mengetahui miskonsepsi yang dimiliki siswa dan untuk memperkuat pemahaman konseptual guru sendiri dan disiplin ilmunya. Selain itu peta konsep merupakan suatu cara yang baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah informasi baru (Arends, 1997: 251).
b. Cara Menyusun Peta Konsep
Menurut Dahar (1988:154) peta konsep memegang peranan penting dalam belajar bermakna. Oleh karena itu siswa hendaknya pandai menyusun peta konsep untuk meyakinkan bahwa siswa telah belajar bermakna. Langkah-langkah berikut ini dapat diikuti untuk menciptakan suatu peta konsep.
Langkah 1: mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep.
Langkah 2: mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama
Langkah 3: menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut
Langkah 4: mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan langkah-langkah menyusun peta konsep sebagai berikut:
1)Memilih suatu bahan bacaan
2)Menentukan konsep-konsep yang relevan
3)Mengelompokkan (mengurutkan ) konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif
4)Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep-konsep yang paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di pusat bagan tersebut.
Dalam menghubungkan konsep-konsep tersebut dihubungkan dengan kata hubung. Misalnya “merupakan”, “dengan”, “diperoleh”, dan lain-lain.
c. Peta Konsep sebagai Alat Ukur Alternatif
Tes seperti pilihan ganda yang selama ini dipandang sebagai alat ukur (uji) keberhasilan siswa dalam menempuh jenjang pendidikan tertentu, bukanlah satu-satunya alat ukur untuk menentukan keberhasilan siswa. Tingkat keberhasilan siswa dalam menyerap pengetahuan sangat beragam, maka diperlukan alat ukur yang beragam. Peta konsep adalah salah satu bentuk penilaian kinerja yang dapat mengukur siswa dari sisi yang berbeda. Penilaian kinerja adalah bentuk penilaian yang digunakan untuk menilai kemampuan dan keterampilan siswa berdasarkan pada pengamatan tingkah lakunya selama melakukan penilaian terhadap hasil kerja siswa selama kegiatan. Menurut Tukman dalam Sutowijoyo (2002: 31) penilaian kinerja adalah penilaian yang meliputi hasil dan proses, yang biasanya menggunakan material atau suatu peralatan (equipment). Penilaian kinerja dapat digunakan terutama untuk mengukur tujuan pembelajaran yang tidak dapat diukur dengan baik bila menggunakan tes obyektif. Penilaian kinerja mengharuskan siswa secara aktif mendemonstrasikan apa yang mereka ketahui. Yang paling penting, penilaian kinerja dapat memberi motivasi untuk meningkatkan pengajaran, pemahaman terhadap apa yang mereka perlu ketahui dan yang dapat mereka kerjakan. Berdasarkan teori belajar kognitif Ausubel, Novak dan Gowin (1984) dalam Dahar (1988: 143) menawarkan skema penilaian yang terdiri atas: Struktur hirarki, perbedaan progresif, dan rekonsiliasi integratif.
Struktur hirarkis, yaitu struktur kognitif yang diatur secara hirarki dengan konsep-konsep dan proposisi-proposisi yang lebih inklusif, lebih umum, superordinat terhadap konsep-konsep dan proposisi-proposisi yang kurang inklusif dan lebih khusus. Perbedaan progresif menyatakan bahwa belajar bermakna merupakan proses yang kontinyu, dimana konsep-konsep baru memperoleh lebih banyak arti dengan bentuk lebih banyak kaitan-kaitan proporsional. Jadi konsep-konsep tidak pernah tuntas dipelajari, tetapi selalu dipelajari, dimodifikasi, dan dibuat lebih inklusif. Rekonsiliasi integratif menyatakan bahwa belajar bermakna akan meningkat bila siswa menyadari akan perlunya kaitan-kaitan baru antara kumpulan-kumpulan konsep atau proposisi. Dalam peta konsep, rekonsiliasi integratif ini diperlihatkan dengan kaitan-kaitan silang antara kumpulan-kumpulan konsep (Dahar,1988: 162)
Selanjutnya Novak dan Gowin memberikan suatu aturan untuk mengikuti penilaian numerik jika skoring dipandang perlu. Pertama, skoring didasarkan atas preposisi yang valid. Kedua, untuk menghitung level hirarkis yang valid dan untuk menskor tiap level sebanyak hubungan yang dibuat. Ketiga, crosslink yang menunjukan hubungan valid antara dua kumpulan (segmen) yang berbeda adalah lebih penting daripada level hirarkis, karena mungkin saja ini pertanda adanya penyesuaian yang integratif. Keempat, diharapkan siswa dapat memberikan contoh yang spesifik dalam beberapa kasus untuk meyakinkan bahwa siswa mengetahui peristiwa atau obyek yang ditunjukan oleh label konsep.
Jenis-jenis Peta Konsep
Menurut Nur (2000) dalam Erman (2003: 24) peta konsep ada empat macam yaitu: pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events chain), peta konsep siklus (cycle concept map), dan peta konsep laba-laba (spider concept map).
1) Pohon Jaringan.
Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata lain dihubungkan oleh garis penghubung. Kata-kata pada garis penghubung memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pada saat mengkonstruksi suatu pohon jaringan, tulislah topik itu dan daftar konsep-konsep utama yang berkaitan dengan topik itu. Daftar dan mulailah dengan menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan dari umum ke khusus. Cabangkan konsep-konsep yang berkaitan itu dari konsep utama dan berikan
hubungannya pada garis-garis itu (Nur dalam Erman 2003: 25)
Pohon jaringan cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal:
- Menunjukan informasi sebab-akibat
- Suatu hirarki
- Prosedur yang bercabang
Istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan.
1) Rantai Kejadian.
Nur dalam Erman (2003:26) mengemukakan bahwa peta konsep rantai kejadian
dapat digunakan untuk memerikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Misalnya dalam melakukan eksperimen.
Rantai kejadian cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal:
- Memerikan tahap-tahap suatu proses
- Langkah-langkah dalam suatu prosedur
- Suatu urutan kejadian
2) Peta Konsep Siklus
Dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil akhir. Kejadian akhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal. Seterusnya kejadian akhir itu menhubungkan kembali ke kejadian awal siklus itu berulang dengan sendirinya dan tidak ada akhirnya. Peta konsep siklus cocok diterapkan untuk menunjukan hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang-ulang. Gambar 2.5 memperlihatkan siklus tentang hubungan antara siang dan malam.
3) Peta Konsep Laba-laba
Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Dalam melakukan curah pendapat ide-ide berasal dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. Banyak dari ide-ide tersebut berkaitan dengan ide sentral namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Kita dapat memulainya dengan memisah-misahkan dan mengelompokkan istilah-istilah menurut kaitan tertentu sehingga istilah itu menjadi lebih berguna dengan menuliskannya di luar konsep utama. Peta konsep laba-laba cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal:
a) Tidak menurut hirarki, kecuali berada dalam suatu kategori
b) Kategori yang tidak paralel
c) Hasil curah pendapat
Proses mengajarkan strategi belajar digunakan dua pendekatan pengajaran utama, yaitu pengajaran langsung dan pengajaran terbalik (Nur 2000b: 45). Pengajaran langsung merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Dalam melatihkan strategi belajar secara efektif memerlukan pengetahuan deklaratif, prosedural, dan kondisional tentang strategi-strategi belajar. Pengetahuan deklaratif tentang strategi-strategi tertentu termasuk bagaimana strategi itu didefinisikan, mengapa strategi itu berhasil, dan bagaimana strategi itu serupa atau berbeda dengan strategi-strategi lain. Siswa juga memerlukan pengetahuan prosedural, sehingga mereka dapat menggunakan berbagai macam strategi secara efektif. Di samping itu juga menggunakan pengetahuan kondisional untuk mengetahui kapan dan mengapa menggunakan strategi tertentu.
Salah satu alasan menggunakan pengajaran langsung dalam mengajarkan strategi belajar adalah karena pengajaran langsung diciptakan secara khusus untuk mempermudah siswa dalam mempelajari pengetahuan deklaratif dan prosedural yang telah direncanakan dengan baik serta dapat mempelajarinya selangkah demi selangkah (Arends 1997) dalam Nur (2000b: 46).
Pada Tabel 2.2 sintaks pengajaran langsung yang diadaptasikan untuk mengajarkan strategi belajar, dan dilengkapi dengan teori yang mendukung sebagai landasan pelaksanaan pengajaran strategi belajar.
Tahap-tahap Pengajaran Langsung dalam Melatihkan Strategi Belajar
Tahap 1
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Memotivasi siswa.
Tahap 2
1. Secara klasikal menjelaskan strategi menggarisbawahi dan pemetaan konsep.
2. Memodelkan strategi Mengarisbawahi dan membuat peta konsep.
Tahap 3
Melatihkan siswa menggunakan strategi menggarisbawahi dan pemetaan konsep dibawah bimbingan guru.
Tahap 4
1. Memeriksa pemahaman siswa terhadap strategi menggarisbawahi dan pemetaan konsep
2. Memberi umpan balik hasil pemahaman siswa terhadap strategi menggarisbawahi dan pemetaan konsep.
Tahap 5
Melatih sisawa untuk menerapkan strategi belajar menggarisbawahi dan membuat peta konsep secara mandiri.
Tahap 6
1. Mengevaluasi tugas latihan menggarisbawahi dan membuat peta konsep.
2. Membimbing siswa untuk merangkum pelajaran
Tahapan Pembuatan Peta Konsep | KSU Pointer
- Lakukan Brainstorming selama 10-15 menit per sesi. Ketika Central disebutkan maka konsep apa saja yang terlintas di benak dituliskan terlebih dahulu. Jangan lakukan penilaian apakah relevan atau mau diletakkan di mana.
- Kategorisasikan/kelompokkan sekumpulan ide itu kemudian tentukan hirarki konsep mana yang umum, mana yang menjadi ranting dan mana yang menjadi daun (detail).
- Mulai layout/gambarkan konsep-konsep tersebut.
- Tarik garis antar konsep tersebut.
- Pergunakan warna, ikon, dan asosiasi untuk menambah cantiknya peta konsep yang dihasilkan.
Jika dicermati hanya terdapat 5 langkah sederhana seperti di atas. Tetapi di balik kesederhanaannya, peta konsep mirip bentuk dan cara kerja sel otak kita menyimpan informasi. Nucleus = Centrum, Axon = Dahan, Dendrite = Ranting, Synapse = Hubungan ke Map lainnya (kemampuan multi map).
Penggunaan warna, ritme (gambar ketebalan dahan, ranting ke daun), layout (spasial), ikon dan asosiasi (menghubungkan ikon dan analogi) untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep yang sudah melekat di otak membantu otak mengingat lebih baik, karena melibatkan lebih banyak panca indra, otak juga melakukan proses asimilasi pengetahuan baru terhadap pengetahuan yang sudah mengendap sebelumnya.
Setelah peta konsep itu jadi, maka kemampuan otak kanan secara visual dan holistik serta gestalt yang memicu. “Kayaknya ada yang kurang dan saya bisa tambahkan lebih lanjut”, akan meneruskan pengembangan peta tersebut. Kemampuan alami otak kanan yang random akan tersalurkan ketika ada sebuah konsep baru muncul, maka otak kiri mulai bekerja menganalisa sebaiknya diletakkan di mana.
Ketika melihat peta secara keseluruhan dari jauh maka otak kanan bekerja (seperti seseorang menilai/mengagumi lukisan) dan ketika tertarik pada suatu lokasi maka otak kiri mulai bekerja secara logis dan analitik.
Sinergis antara dua belahan otak kanan dan kiri inilah yang membuat peta konsep itu sedemikian powerfulnya. Harus sering menggunakan baru bisa merasakan manfaatnya. Karena sepintas peta konsep yang digambar secara manual berantakan tidak beraturan.
Help Others and Share Our Compassion
Sekelompok Kijang di padang rumput mencari makan,.
mereka senang gembira mencari makan sambil bermain-main,. sekali-sekali melompat-lompat kegirangan,.
mereka terus berjalan berkelompok,. berjalan,. dan berjalan,.
mereka tidak takut dengan Singa,.
di sebelahnya ada sekelompok Singa,.
Kijang tetap berlari-lari gembira,.
sesekali Singa mencoba mengincar anak kijang,. namun ternyata lari Kijang jauh lebih kencang,.
mereka cukup berlari-berlari dan tetap bebas,.
merumput di sebelah kelompok Singa,.
kalau kita pikir,. mengapa kita harus pusing memikirkan Singa? asal kita terus berlari tentunya tidak mungkin Singa mampu mengejar Kijang,.
dan kita tidak perlu benci dengan orang yang menyakiti kita,. karena mereka mencari makan dengan cara begitu,.
jadi, kitapun tidak usah khawatir dengan semua kejahatan, kebencian, dendam, maupun pikiran negatif penuh rasa curiga di dunia ini,.
asalkan kita terus berlari,. kita toh tidak akan terkejar mereka,. biarkan mereka berada di sekitar kita,.
dan kita terus berlari,. karena rejeki begitu banyak,.
rumput begitu banyak,.
lalu Pak,. kalau ada orang yang menyakiti kita bagaimana?
biarkan saja,.
daripada mikirin Singa kita malah ngga bisa cari makan nanti rumput-rumput hijau di sekeliling kita menjadi mubazir,.
hanya dua macam Kijang yang mati dimakan Singa,.
1. anak Kijang yang belum bisa berlari,. atau Kijang tua yang sakit,.
2. Kijang yang enggan berlari,.
selebihnya,. ngapain mikirin Singa? Kijang cantik melenggak-lenggok di depan kita,. perlu kita kejar-kejaran sepanjang hari,.
mari kita terus berlari,.
dan terus berpikir positif,.
Help others and share our compassion.
mereka terus berjalan berkelompok,. berjalan,. dan berjalan,.
mereka tidak takut dengan Singa,.
di sebelahnya ada sekelompok Singa,.
Kijang tetap berlari-lari gembira,.
sesekali Singa mencoba mengincar anak kijang,. namun ternyata lari Kijang jauh lebih kencang,.
mereka cukup berlari-berlari dan tetap bebas,.
merumput di sebelah kelompok Singa,.
kalau kita pikir,. mengapa kita harus pusing memikirkan Singa? asal kita terus berlari tentunya tidak mungkin Singa mampu mengejar Kijang,.
dan kita tidak perlu benci dengan orang yang menyakiti kita,. karena mereka mencari makan dengan cara begitu,.
jadi, kitapun tidak usah khawatir dengan semua kejahatan, kebencian, dendam, maupun pikiran negatif penuh rasa curiga di dunia ini,.
asalkan kita terus berlari,. kita toh tidak akan terkejar mereka,. biarkan mereka berada di sekitar kita,.
dan kita terus berlari,. karena rejeki begitu banyak,.
rumput begitu banyak,.
lalu Pak,. kalau ada orang yang menyakiti kita bagaimana?
biarkan saja,.
daripada mikirin Singa kita malah ngga bisa cari makan nanti rumput-rumput hijau di sekeliling kita menjadi mubazir,.
hanya dua macam Kijang yang mati dimakan Singa,.
1. anak Kijang yang belum bisa berlari,. atau Kijang tua yang sakit,.
2. Kijang yang enggan berlari,.
selebihnya,. ngapain mikirin Singa? Kijang cantik melenggak-lenggok di depan kita,. perlu kita kejar-kejaran sepanjang hari,.
mari kita terus berlari,.
dan terus berpikir positif,.
Help others and share our compassion.
Kehendak Bebas
sehingga kita bisa lebih unggul dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya,.
sebetulnya jauh sebelum Manusia mulai ada, semut-semut telah mengenal team work,.
semut telah mengenal kerja sama, membentuk jembatan semut, tangga semut, komunikasi, kerja sama menyerang lawan, membunuh siapapun yang lewat, belalang, lalat, bahkan laba-laba!
semut membentuk koloni sebelum manusia ada,.
mengapa Manusia bisa menjadi unggul? apa yang membedakan kita dengan makhluk hidup lainnya?
Kehendak bebas,.
oleh karena itu, kita mulai dari diri sendiri mulai berpikir, apakah kelebihan kita itu telah kita manfaatkan sepenuhnya?
bila di kantor, kita dibimbing menjadi kerja team, untuk menjadi spesialis, sebagai efek dari ditemukannya otomatisasi ban berjalan oleh Ford, akhirnya kita menjadi seperti mesin,.
semua pekerjaan dibuat menjadi sistim ban berjalan, setiap orang menjadi spesialis,.
dengan demikian pekerjaan menjadi efisien dan efektif,.
benarkah demikian??
benarkah bahwa dengan kita menjadi ahli produksi, ahli Sales, ahli advertising, maka kita semakin unggul?
benarkah bahwa konsep penghasilan tetap lebih baik untuk manusia?
benarkah konsep 8-5 kerja mulai jam 8 sampai pulang jam 5 sore paling efektif?
benarkah pembagian tugas memang yang terbaik untuk efektifitas kerja?
seperti pada waktu jaman agriculture, maka dengan ditemukannya mesia, dan sistim ban berjalan, maka industrialisasi mampu melipat gandakan efektifitas kerja manusia,.
Nah, hal yang sama, dengan ditemukannya internet, maka sekarang ini bukan lagi era industri, namun era informasi,.
apa artinya itu?
artinya kita harus lebih peka terhadap keunggulan kita, Kehendak bebas!
dengan menjadi bebas tentunya,.
jangan heran kalau di masa depan,. orang-orang yang bekerja dari rumah memiliki efektifitas 50 kali lipat pekerja kantoran atau di pabrik!
jangan heran kalau online business membuat setiap manusia menjadi independen,. bebas!
kehendak bebas akan menuntun kita memasuki era informasi,.
manusia akan bekerja secara independen,.
manusia akan bekerja secara komite,. setiap komite memiliki anggota team yang tanggung jawabnya sama, tidak dibagi-bagi tugasnya,.
jangan heran, nantinya perusahaan seperti Hewlett Packard akan menjadi seperti Walt Disney,. menjadi konsultan independen yang setiap Karyawannya memimpin unit bisnis dengan supplier, R&D, production, Distributor, yang dimiliki oleh masing-masing outsource company,.
dan Hewlett Packard akan menjadi Consulting Company,.
yang karyawannya menjadi independen satu sama lain, membentuk beberapa komite di dalamnya,.
Masalah Klasik Dalam Hidup
bekerja stress,.
kita butuh refreshing,.
butuh hiburan,.
hidup penuh dengan tekanan,. penuh dengan beban,.
rasanya hidup kok sibuk dengan mencari makan dan bayar hutang???
benarkah hidup itu seperti itu?
sebenarnya, apa yang salah dalam hidup kita kok rasanya kita ini setiap kali kekurangan waktu, dan kekurangan duit,.
coba kita telaah satu per satu,.
anda bekerja sebagai karyawan,.
sampai kapan? cukupkah untuk membiayai hidup anak-anak anda? pastikah masa depan anda? apa langkah selanjutnya sekiranya ada PHK, pensiun atau turun jabatan?
anda seorang bapak yang istrinya telepon konsultasi ke saya karena bapaknya dipaksa bekerja sampai larut malam hanya karena ditekan supaya mengundurkan diri,.
ya ampuun,.
banyak orang bilang,. saya tahu pekerjaan saya ini tidak dapat mencukupi kebutuhan masa depan, tapi kemana lagi harus mencari pekerjaan?
seakan-akan kita ini seperti robot yang tahunya hanya berangkat pagi pulang malam menjalankan job description,.
sesungguhnya,
kita tidak perlu merasa kurang waktu,.
atau kurang uang,.
atau terlalu stress,.
sekiranya kita mengerti bahwa esensi hidup ini adalah simbiosis mutualisma,.
kita lihat bunga-bunga berkembang cerah, dihinggapi kupu-kupu yang sekaligus menjadikan proses pembuahan,.
semuanya alami,.
kitapun senantiasa harus yakin bahwa manusia memiliki daya pikir yang lebih daripada bunga atau kupu-kupu dan lebih jeli melihat simbiosis mutualisma,.
misalnya anda rasakan,. apa kebutuhan masyarakat?
mungkinkah masyarakat butuh jajanan pasar? bubur ayam, lapis legit? pisang goreng kalimantan?
lihatlah setiap hari Martabak TOP BANDUNG sibuk tiap malam, yang antri juga senang apalagi setiba dirumah,.
wow lezatnya,.
mungkinkah masyarakat butuh pendidikan? maka pendidikan kursus sekolah musik & vokal berjamuran,.
mungkinkah masyarakat butuh gunting rambut express?
10 menit? yang bersihinnya pakai vacuum cleaner?
mungkinkah masyarakat butuh hand spa? foot spa? neck spa?
Untuk apa untuk siapa kita bekerja?
untuk menolong kebutuhan masyarakat,.
masyarakat butuh apa?
itulah esensi tugas hidup kita,.
dan kita senantiasa merasa gembira dan tentram dalam melayani kebutuhan masyarakat,.
Rejeki Datang Pada Saat Kita Memberi
"Hidup akan terasa lebih mudah pada saat kita memikirkan orang lain. Dengan memikirkan orang lain, maka kita tidak lagi melawan dunia, tetapi merangkul dunia, dan kita membantu orang lain untuk mencapai tujuannya, dan oleh karena itu kita akan menjadi lebih baik. Rejeki datang pada saat kita memberi." Seperti kata Ben Renshaw, dalam bukunya Successful But Something is Missing, Daring To Enjoy Life To The Full, 2000, Random House, London.
"Alam mengajarkan, apa yang kamu berikan kepada alam akan kembali kepadamu," lanjut James.
"Bagaimana mungkin kita mengharapkan semua orang mau membantu kita, kalau diri kita tidak membantu orang lain? Banyak orang yang mengatakan, mereka yang menanam akan menuai. Darimana datangnya rejeki kalau kita tidak pernah menanamnya?" tanya James.
Kehidupan sejati bukanlah antara kita melawan Dunia.
Kadang timbul rasa
khawatir dalam hidup kita, mengapa kok hidup terasa sulit? Mengapa orang-orang kok tidak mau mengerti kita? Mengapa si anu kok dipromosi sedangkan saya yang lebih berpengalaman kok tidak?
Mengapa si anu kok
lebih berhasil sedangkan saya kok kurang?
Efek dari ambisi yang dilandasi oleh Ego adalah:
1. Kebanggaan terhadap achievement, akhirnya kebanggaan terhadap kekuasaan 2. Rasa khawatir bahwa dirinya tidak cukup bagus (not good enough) 3. Selalu timbul rasa tidak puas 4. Merasa hidup sebagai beban berat.
Seperti cerita wortel, telor dan biji kopi. Wortel menghadapi kehidupan (godokan air) yang tadinya kuat menjadi lemas, kehilangan semangat. Telor yang tadinya selalu pemaaf, menghadapi kerasnya kehidupan akhirnya menjadi terpengaruh, dan menjadi keras.
Tetapi biji kopi, mempengaruhi godokan air kehidupan dan menjadikan air harum dan nikmat.
Pada waktu itu, tergantung bagaimana Anda menghadapi hidup. Kalau di pikiran Anda adalah antara Anda melawan Dunia, tentu hal ini sulit.
Tetapi bila Anda masuk mengikuti arah Dunia berputar, segalanya terasa mudah. Kuncinya? Melayani orang lain.
Setiap orang di dunia ini memiliki rasa ingin berhasil. Dan pada saat yang sama memiliki problem.
Nah, kalau kita bisa memahami ini, maka setiap saat kita bisa melayani orang lain untuk memperoleh keberhasilan.
Dengan demikian, bukan memaksakan orang lain mengikuti Anda tetapi membuat mereka mencapai tujuannya mereka, dengan dibantu Anda.
6 Kebutuhan Dasar Manusia (Fundamental Needs) Antony Robin
1. Certainty (Kepastian)
Manusia membutuhkan kepastian untuk hidup tenang dan merasa aman serta terhindar dari hal-hal yang menyakitkan. Kepastian keuangan, kepastian cinta, kepastian pekerjaan, jaminan masa depan dan lain-lain.
Sesuatu yang selalu pasti juga menimbulkan kebosanan. Karena itu manusia membutuhkan variasi. Kebutuhan untuk kita berubah secara fisik dan mental. Kejutan, surprise adalah hal-hal yang membuat hidup kita tidak monoton, membuat kita bergairah dan merasakan sensasi yang berbeda dari keseharian kita.
Setiap manusia membutuhkan perasaan bahwa dia penting, unik, istimewa, diinginkan, dibutuhkan dan sebagainya. Dia akan melakukan apa saja untuk merasa penting entah dengan cara positif seperti menjadi juara, mencapai sesuatu, memiliki uang yang banyak, berdandan berbeda dari yang lain dan seterusnya. Atau dengan cara negatif dengan menjadi nakal, menggunakan narkoba, menjadi preman yang ditakuti orang dan sebagainya.
Setiap orang membutuhkan perasaan terhubung dengan manusia lainnya. Manusia akan mencari cara agar dia merasa dikasihi dan diterima serta menjadi bagian dari orang lain.
Salah satu kebutuhan manusia yang penting adalah bertumbuh. Tanpa pertumbuhan, hidup tidak layak dijalani dan kita merasa mati.
Manusia perlu merasa berguna bagi orang lain. Ini memenuhi kebutuhan spiritualnya bahwa dia bisa memberikan kasih kepada orang lain dan berguna bagi orang lain.