Belajar Peta Konsep

Kemarin siang Pak Ricky memberitahukan arah menuju kantor DataScrip dari arah Pasar Baru via Kemayoran ke Jl. Angkasa. Pagi ini saya datang dari arah pintu keluar tol PRJ, berbekal Peta Jakarta tahun 2005/06 saya pin point: sekarang di sini (where we are now), mau ke situ (where we want to go/ be) dan mencoret-coret arah belokan pada simpul2 jalan (how do we get there). Maka saya berjalan pelan-pelan karena bingung jalannya mencabang sana-sini. Lingkaran-lingkaran putaran tidak tampak dalam peta saya yang sudah ketinggalan versi/ tahun.
Seharusnya bisa belok kanan karena ada cat penunjuk arah di aspal ada arah ke kanan, tapi telah ditutup batu. Saya pikir dalam peta versi terbarupun mungkin batu itu tidak tampak, sehingga harus putar ke kiri lalu U turn ke kanan. Hampir nyasar masuk terowongan. Mundur dan diberikan jalan oleh mobil di belakang saya. Coba kalau tidak, entah saya akan muncul di mana dan harus cari lag: ada di mana, lewat mana. Melihat peta ternyata saya berada pada sisi rel yang lain, di mana saya sering belok ke Bungur Besar tempat Bibi saya. Oh.. ini toh jalan tembusannya.
Sambil tunggu ada kereta api lewat (cepat sekali frekuensinya), saya melihat Gedung DataScrip sebelah kanan jalan. Sebelum rel kereta api lakukan U turn. Saya ragu apakah sudah tiba di Gedung DataScrip (how will we know when we have achieved change). Ternyata saya salah masuk gedung Merpati, dan tidak bisa tembus ke gedung DataScrip yang dibelakangnya. Putar arah lagi. Ketika mau belok masuk Gedung DataScrip saya melihat di depan: itu jalan Benyamin Sueb yang saya lihat ada perempatannya, kayaknya nanti kali berikutnya saya bisa langsung potong (short cut), sehingga tak perlu putar dekat rel.
Akhirnya bertemu dengan Pak Ricky dan kami brainstorming tentang rencana Road Show di tahun 2008, kerja sama untuk menyebarkan Peta Konsep ke sekolah-sekolah SD 4-SMP 3 antara DataScrip menawarkan Stabilo Pen 68, Point 88, Highlighter Cool, dan Exam Grade dengan PKAB.
Mendengar ada berita di Semarang ada sekolah yang bekerja sama dengan DepDikNas untuk membuat bukualbum Peta Konsep dari pelajaran2 tertentu –> ide ini akan dikembangkan secara terpisah.
Dalam perjalanan pulang direncanakan akan lewat Ketapang, sudah diberitahukan oleh Pak Ricky arah-arahnya. Tetapi di jalanan saya melihat kondisi jalan-jalan: ada yang padat dan ada yang kosong. Teringat pernah diajak teman makan-makan kepiting asap di wilayah Sunter dan pulang lewat tol PRJ-Grogol, jadi saya ganti rencana. Berbekal ingatan yang sudah mulai menurun (tambah pikun kata istri saya dan saya selalu berkelit: khan mau jadi professor) dan tanpa lihat peta, saya nyasar ke danau hijau lumut. Putar arah balik ke PRJ. Akhirnya menemukan kembali jalur yang benar.
Sempat dalam perjalanan dalam outer ring road melaju ke Slipi, saya ragu apakah ini arah yang benar? Kalaupun salah arah, ya udah tanggung terusin ajah, nanti juga sampai dengan resiko memutar lebih jauh. Karena kalau mau keluar ke jalan biasa, ughhh, jalanan itu puadat dan banyak lampu merahnya.
Refleksi Perjalanan Ini Dengan Kondisi Anak Didik
Dalam perjalanan saya nyasar arah balik maka terbayang oleh saya skenario: seorang anak didik (saya sendiri) sedang dimarah-marahi oleh gurunya dan orang tuanya: “Khan sudah diberitahu arah dan caranya berulang-ulang menjawab soal ulangan (anggap saja ini adalah Goal/ Tujuan menuju Gedung DataScrip). Kok masih salah atau tidak bisa!”
Dengan adanya kurikulum yang berubah tiap (n) tahun saya ibaratkan gonta-gantinya Peta. Bisa jadi cara yang diajarkan oleh gurunya adalah benar dan tepat bila si anak didik itu berangkat dari titik awal yang sama. Padahal secara kenyataan tiap anak didik adalah berbeda latar belakang, tingkat sosial, kebudayaan dari daerah, pengalaman, dll. Sehingga apakah mungkin bisa dipaksakan untuk menjawab soal tersebut hanya ada 1 jawaban yang benar? Sering terdengar kekecewaan dari orang tua yang protes masalah jawaban anaknya yang secara logika benar tetapi disalahkan karena berbeda dengan kunci jawaban.
Bayangkan betapa panas-dinginnya si anak bila terus menerus disalahkan dan didorong terus maju, karena ia telah kehilangan arah. Benar ia telah melihat landmark (gedung, nama jalan) yang diibaratkan petunjuk cara guru memecahkan soal. Tapi apakah ia melalui arah yang benar? Misal petunjuk nanti dari depan pintu PRJ ambil arah kanan. Kalau ia datang dari sisi yang salah maka ia bisa saja tetap nyasar. Mungkin ia menemukan jalan buntu karena arah jalan yang ditunjukkan telah ditutup batu atau telah menjadi satu arah (one way), ia kebingungan setengah mati.
Menurut pandangan saya seharusnya kita galakkan adalah learning how to learn, yaitu dengan pendekatanSystem Thinking Approach dan penggunaan Peta Konsep kepada anak didik sejak dini.
Sehingga ia hanya perlu:
  • ia tahu ada di mana sekarang (bisa dengan pre-test)
  • tujuan akhir pembelajaran (akan bisa apa setelah selesai mempelajari bahan pelajaran)
  • cara menuju ke sana (membaca peta, cara U turn, mengetahui arah dengan bantuan kompas/ lokasi matahari, cara bertanya kepada orang sekitar, dll). Cara mencari bahan bacaan / gambar dari perpustakaan dan/ atau internet, membuat presentasi, membuat makalah, cara berargumentasi yang baik
  • mengetahui apakah sudah sampai ditujuan (dengan post-test, memperlihatkan portofolionya)
  • mengembangkan pilihan (mencari jalan alternatif bila menemukan kebuntuan/ kemacetan)
Mustinya para pembuat kebijakan pendidikan harus turun masuk ke kelas dan mengalami sendiri dengan mengikuti pelajaran. Ibaratnya: memang mudah memberikan petunjuk arah, dengan berkata: “Ah.. itu mah gampang, saya sudah sering lewat situ waktu saya masih sekolah dulu. Pasti sampai dan bisa seperti saya.” Pertanyaannya: apakah kita membicarakan hal dengan Peta yang sama? Oh ya.. kita sama-sama memakai peta tahun 2004 misalnya. Padahal kondisi jalan yang dialami sudah banyak berubah.
Dengan adanya globalisasi persaingan dengan negara lain semakin membuat kita kedodoran dan tinggal di tempat. Mari kita populerkan Peta Konsep sebagai alat bantu belajar bagi anak-anak kita mulai dari sekarang. Akan saya postingkan cara pembuatan Peta Konsep secara terpisah, atau download BrosurInformasi Tentang PKAB dan Kegiatannya (2 halaman PDF, 437KB).